TUGAS
MANDIRI
MENGENAL
BUDAYA KALIMANTAN
MATA
KULIAH ANTROPOLOGI BUDAYA
NAMA
MAHASISWA : IIS SUPIAH
NPM : 131010003
KODE
KELAS : 131-CM008-M3
DOSEN : MELISA ANGGRAINI, SH, MH
PROGRAM
STUDI ADMINISTARSI NEGARA
2013
FAKULTAS
ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS
PUTERA BATAM
Puji
dan syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini
dengan baik dan benar, serta tepat pada waktunya. Dalam makalah ini penulis
akan membahas mengenai ‘’ MENGENAL BUDAYA KALIMANTAN‘’.
Makalah
ini telah dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantun dari berbagai
pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan
makalah ini. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati, penulis menyampaikan
ucapan terima kasih kepada:
1.
Ibu Melisa Anggaraini, S.H, M.H. selaku dosen mata kuliah antropologi budaya pada Program Studi Administrasi Negara Universitas Putera Batam.
2.
Bapak Karol Teovani Lodan, S.ap, M.ap selaku KAPRODI Administrasi Negara Universitas
Putera batam
Penulis
menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh
karena itu, penulis mengundang pembaca untuk memberikan saran dan kritik yang
dapat membangun penulis. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan
untuk peyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir
kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita.
Batam, 8 Desember 2013
Penulis
Iis supiah
131010003
PENDAHULUAN
Keberagaman
budaya lokal merupakan potensi yang besar bagi pembentukan budaya nasional.
Keberagaman budaya lokal inilah yang menyebabkan karateristik budaya nasional
bangsa Indonesia menjadi khas, yang membedakan dengan budaya bangsa-bangsa
lain.
Indonesia
yang merupakan negara kepulauan yang dihuni oleh penduduk yang berasal dari
nenek moyang yang sama, tetapi karena terpisah oleh lautan yang memutus
hubungan mereka, menyebabkan perkembangan kebudayaannya berbeda-beda. Menurut
ahli antropologi, terdapat empat kelompok suku bangsa yang men-diami kepualauan
Indonesia, yaitu Melanasia (campuran submongolid dan wajak), Proto-Austronesian
(termasuk wajak), Polynesia, dan Mikronesia.
Contoh
bentuk kelompok Melanasia adalah Kalimantan, selain terkenal dengan hujan
tropisnya, juga termasuk pulau terbesar
ke- 5 se-dunia. Ini juga menjadi awal peradaban bangsa Indonesia.Penemuan Yupa
(Tugu batu), sebuah prasasti peninggalan Kerajaan Hindu- Kutai sekitar abad 4
Masehi di Kalimantan timur menjadi bukti atas awal dari peradaban di wilayah
Nusantara.
1. Kenapa Kalimantan disebut sebagai awal
peradaban di nusantara?
2. Bagaimana sistem religi/kepercayaan yang
dianut suku Dayak?
3. Seperti apa sistem kekerabatan di suku Dayak
dan adat pernikahan
sehingga terkenal dengan angka penceraian
yang sangat tinggi?
4. Bagaimana
orang suku Dayak bisa memenuhi kehidupannya sedangkan mereka tinggal di
sekeliling hutan?
5. Bagaimana
sistem teknologi dan pengetahuan suku Dayak?
6. Bagaimana
sistem kesenian orang suku dayak sehingga memiliki ciri khas yang unik?
7. Mengapa
di Kalimantan memakai tato adalah sebuah hal yang amat penting?
1. Sebagai
bahan untuk lebih mengenal budaya lokal
2. Sebagai
bahan yang menghasilkan informasi dan
mampu memahami berbagai kebudayaan di Indonesia
3. Sebagai
bahan untuk mempelajari dan menjaga keutuhan suatu kebudayaan
PEMBAHASAN
MENGENAL
BUDAYA KALIMANTAN
Seperti yang
sudah dijelaskan di depan, bahwa Kalimantan adalah awal dari peradaban di
wilayah nusantara karena adanya penemuan Prasasti dari kerajaan tertua
Indonesia yaitu kerjaan Kutai yang terletak di Muara Kaman, Kalimantan Timur,
tepatnya di hulu sungai Mahakam.Kerajaan Kutai ini didirikan oleh Maharaja
Kundungga yang sekaligus sebagai raja pertamanya dan mendapatkan gelar Anumerta
Dewawarman. Menurut beberapa ahli sejarah, nama Maharaja Kundungga ditafsirkan
sebagai nama asli orang Indonesia yang belum terpengaruh dengan nama budaya
Hindu-India.
Baru setelah
dirinya turun tahta, pengaruh budaya Hindu-India telah mempengaruhi anak-cucu
Kundungga. Hal ini terlihat dari penggunaan kata Warman di belakang nama anak
dan cucu Kundungga yang kental dengan bahasa Sansekerta. Kata itu biasanya
digunakan untuk akhiran nama-nama masyarakat atau penduduk India bagian
Selatan.Kerajaan Kutai meraih masa keemasannya ketika diperintah oleh
Mulawarman, anak Aswawarman dan cucu dari Kudungga.
Selain fakta
sejarah Kerajaan Kutai, bukti lain yang mengarahkan bahwa peradaban struktur
masyarakat di nusantara diawali dari pulau Kalimantan adalah keberadaan Suku
bangsa Dayak dan sebagai penghuni asli dan sekaligus tertua di pulau Borneo.
Beberapa sumber mengatakan sebelum kerajaan kutai berdiri dan pengaruh budaya
Hindu-India, kebanyakan suku dayak mendiami kawasan pesisir Kalimantan
(Mikronesia).
Namun seiring
migrasi yang didominasi oleh bangsa Austronesia dari daratan Asia menuju
ke selatan pada masa tersebut, suku Dayak pun terpinggirkan dan mengasingkan
dirinya di pedalaman hutan-hutan tropis Kalimantan. Dewasa ini suku bangsa
Dayak terbagi dalam enam rumpun besar, yakni: rumpun Klemantan alias
Kalimantan, rumpun Iban, rumpun Apokayan (Dayak Kenyah-Kayan-Bahau), Ot Danum-Ngaju,
Murut, dan Punan. Rumpun Dayak Punan merupakan suku Dayak yang paling tua
mendiami pulau Kalimantan, sementara rumpun Dayak yang lain merupakan rumpun
hasil asimilasi antara Dayak Punan dan kelompok Proto Melayu (moyang Dayak yang
berasal dari Yunnan).
Rumah
Betang adalah rumah adat khas Kalimantan yang terdapat di berbagai penjuru
Kalimantan, terutama di daerah hulu sungai yang biasanya menjadi pusat
pemukiman orang suku Dayak. Dimana sungai merupakan jalur transportasi utama
bagi orang suku Dayak seperti ke ladang untuk bekerja.
Bentuk
dan besar rumah Betang ini bervariasi di berbagai tempat. Ada rumah Betang yang
mencapai panjang 150 M dan lebar hingga 30 M. Umumnya rumah Betang di bangun
dalam bentuk panggung dengan ketinggian 3 M - 5 M dari tanah, kemungkinan untuk
mengindar kejadian yang tidak diinginkan seperti banjir karena pemukimannya
terletak di pinggir sungai.
Kolong
rumah Betang digunakan untuk bertenun dan menumbuk padi dan dihuni oleh
±20 kepala keluarga. Pada halaman rumah betang terdapat sapundu, yaitu patung-patung berbentuk manusia dan berfungsi
sebagai tempat untuk mengikat hewan yang akan dikurbankan pada acara ritual
upacara adat. Selain itu pada beberapa halaman rumah betang juga memiliki patahu yang berfungsi sebagai tempat
untuk pemujaan. Sementara di bagian belakang rumah terdapat gudang yang
dijadikan sebagai tempat menyimpan senjata tradisional (bawong) yang disebut tukau.
Gambar 2.1 Patung Sapundu Gambar 2.2 Rumah Betang
Gambar 2.3 Patahu
Rumah
ini dihuni belasan rumah tangga yang terdiri dari 100-150 orang dan setiap
ruangan didalam rumah dibatasi oleh sekat-sekat antara lain untuk menyimpan
alat-alat perang, kamar untuk pendidikan gadis, tempat sesajian, tempat upacara
adat dan agama, tempat penginapan dan ruang tamu. Pada kiri kamam ujung atap
dihiasi tombak sebagai penolak mara bahaya.
Beberapa unit pemukiman bisa memiliki rumah Betang
lebih dari satu buah tergantung dari besarnya rumah tangga anggota komunitas
hunian tersebut. Mereka hidup bersama dan berkelompok dalam satu rumah secara
turun menurun, setiap rumah tangga (keluarga) menempati satu bilik (ruangan)
yang di sekat-sekat dari rumah Betang yang besar tersebut, di samping itu pada
umumnya suku Dayak juga memiliki rumah-rumah tunggal yang dibangun sementara
waktu untuk melakukan aktivitas perladangan, hal ini disebabkan karena jauhnya
jarak antara ladang dengan tempat pemukiman penduduk.
Lebih dari bangunan untuk tempat
tinggal suku Dayak, sebenarnya rumah Betang adalah jantung dari struktur sosial
kehidupan orang Dayak, karena inilah suku Dayak terkenal dengan nilai-nilai
kebersamaan yang mampu menghindari suatu perbedaan, menghargai etnik, agama ataupun
latar belakang sosial.
Dari sekian
banyak suku bangsa yang ada di pulau Kalimantan, untuk ini penulis hanya
menjelaskan 3 suku bangsa yang terdapat di Kalimantan Tengah yaitu suku Ngaju,
Ot-Danum dan Ma’anyan.
Suku Ngaju
bertempat tinggal di sepanjang sungai-sungai besar Kalimantan Tengah, seperti
Kapuas, Khayan, dan hulu sungai Malwai.Di daerah aliran sungai suku Ngaju
tinggal di sebelah hilirnya.Sedangkan suku Ot-Danum di daerah hulunya.
Desa-desa Ot-Danum lebig bersifat eksekutif, sedangkan Desa-desa ngaju bersifat terbuka dan banyak
didatangi penduduk dari luar.
Suku bangsa
Ma’anyan hidup tersebar di Kabupaten Barito Selatan, seperti di Patai, Telang,
Karau dan dayu. Menurut para ahli antropologi, ketiga suku bangsa dayak tadi
berasal dari keturunan yang sama. Hal itu tercermin dari bahasa yang mereka
gunakan, yang oleh Hudson disebut keluaga
bahasa Barito.Dari ketiga suku bangsa tersebut, yang paling maju ialah suku
Ngaju.Dari kalangan mereka banyak orang yang terpelajar dan memegang kekuasaan
dalam pemerintahan di Kalimantan Tengah.
Sistem
religi suku bangsa Dayak di Kalimantan Tengah terbagi ke dalam empat golongan,
yaitu Penganut agama Islam, Kristen, Katolik, dan penganut agama pribumi, agama
asli dari suku Dayak ialah Kaharingan (air kehidupan). Dalam mitologi kuno
masyarakat Dayak, air kehidupan itulah yang memberi kehidupan kepada
manusia.Kepercayaan pemeluk agama Kaharingan, Kaharingan tidak dimulai sejak
zaman dulu tertentu namun sejak awal penciptaan.Sejak tuhan yang disebut
Ranying Hatalla (penyebutan jepang) menciptakan manusia. Ranying berarti Maha
Tunggal, Maha Agung, Maha Mulia, Maha Jujur, Maha Suci, dan Hatalla berarti
Maha Pencipta.
Orang-orang
Dayak yang menganut Kaharingan mempercayai bahwa alam semesta itu penuh dengan
makhluk-makhluk halus dan roh-roh(Ngaju ganan) yang menempati batu-batu besar,
pohon-pohon besar, hutan belukar, sungai, danau, dan sebagainya. Berdasarkan
tempat tinggalnya, ganan (roh halus) mempunyai sebutan tersendiri da nada dua
golongan, yaitu roh baik (ngaju sangaiang,nayu-nayu) dan roh jahat (ngaju
taloh, kembe). Selain ganan makhluk halus yang dianggap memiliki peranan
penting dalam kehidupan orang Dayak, yaitu roh nenek moyang (ngajua, Liau)
Pemerintah
Indonesia memberikan pernyataan untuk setiap penduduk dan warga negaranya harus
memilih dan menganut salah satu agama yang diakui oleh Negara Republik
Indonesia.Oleh sebab itu kepercayaan Karingan dimasukkan ke kategori agama
Hindu sejak April 1980.Karena adanya persamaan dalam melaksanakan ritual untuk
korban (sesaji) yang dalam agama Hindu disebut Yadnya.
Sementara
pada masa Orde Baru, para penganutnya berintegrasi dengan Hindu, menjadi Hindu
Kaharingan.Pemilihan integrasi ke Hindu ini bukan karena kesamaan
ritualnya.Tapi dikarenakan Hindu adalah agama tertua diKalimantan.Lambat laun,
Kaharingan mempunyai tempat ibadah yang dinamakan Balai Basarah atau BALAI
KAHARINGAN. Kitab suci agama mereka adalah panaturan dan buku-buku agama lain,
seperti Talatah Basarah (Kumpulan Doa), Tawar (petunjuk tatacara meminta
pertolongan Tuhan dengan upacara menabur beras), dan sebagainya.
Dewasa
ini, suku Dayak sudah diperbolehkan mencantumkan agama Kaharingan dalam Kartu
Tanda Penduduk.Dengan demikian, suku Dayak yang melakukan upacara perkawinan
menurut adat Kaharingan, diakui pula pencatatan perkawinan tersebut oleh
negara.
Menurut
kepercayaan orang Dayak, jiwa (hamburan) orang mati menin-ggalkan jasadnya
sebagai liau dan menempati alam
tempat tinggal manusia.Liau itu akan kembali kepada dewa tertinggi yang disebut
Ranying. Namun, prosesnya sangat lama dan melalui macam-macam tantangan dan
ujian, sehingga akhirnya masuk ke dunia roh yang disebut lewu liau.
Dalam
syair-syair suci suku bangsa Ngaju dunia roh disebut negeri raja yang berpasir
emas. Upacara adat dalam masyarakat Dayak meliputi:
1. Upacara
pembakaran mayat,
2. Upacara menyambut kelahiran anak, dan
3.Upacara penguburan mayat.
Apa bila ada orang Dayak meninggal, maka mayatnya
dikubur dahulu dalam sebuah peti yang terbuat dari kayu (berbentuk perahu lesung). Kuburan ini
bersifat sementara, karena upacara yang terpenting ialah pembakaran mayat yang
dilakukan secara besar-besaran, yang menurut orang Ngaju disebut tiwah. Pada upacara ini tulang-belulang
terutama tengkorak orang yang telah meninggal pada masa lalu digali lagi dan
dipindahkan ke suatu tempat pemakaman yang tetap, sebuah bangunan berukiran
indah, disebut sandung.
Gambar 2.4 proses perayaan
tiwah Gambar 2.5 penggalian mayat
Gambar 2.6 Pembakaran mayat
Pada orang Ma’anyan, tulang belulang tadi dibakar dan
abunya ditempatkan di tempat pemakamam tetap, yang disebut tambak.Semua sanak keluarga dan tetangga datang mengikuti kegiatan
upacara pembakaran dan penguburan abu jenazah tersebut.Upacara tersebut
dinamakan upacara tiwah yang banyak memerlukan biaya karena dilakukan tujuh-delapan
tahun sekali.Selain makanan dan minuman berlimpah, ditampilkan pula tarian suci
dan upacara yang dipimpin oleh ahli agama, disebut balian. Orang-orang Dayak
juga mengenal upacara keagamaan yang bersifat
khusus, seperti upacara menanam dan memanen tanaman, upacara keluarga,
upacara mengusir hama tanaman, dan sebagainya. Upacara ini pun dipimpin oleh
seorang balian.
Dayak juga terkenal dengan dunia Supranatural yang
sudah ada sejak zaman dahulu yang merupakan ciri khas kebudayaan Dayak, karena
supranatural ini pula orang luar negeri sana menyebut suku Dayak sebagai
Pemakan manusia (Kanibal). Namun pada kenyataannya suku Dayak adalah suku yang
sangat cinta damai asal merek tidak di
ganggu dan ditindas semena-mena. Kekuatan supranatural Dayak Kalimantan
banyak jenisnya, contohnya:
1.
ManajahAntang
Merupakan cara suku Dayak untuk mencari petunjuk seperti mencari keberadaan
musuh yang sulit ditemukan dari arwah para leluhur dengan burung Antang.
Dimanapun musuh yang dicari pasti akan ditemukan.
Gambar 2.7 Manajah Antang
2.
MangkokMerah
Merupakan media persatuan suku Dayak. Mangkok merah beredar jika orang Dayak
merasa kedaulatan mereka dalam bahaya besar. “Panglima” atau sering suku Dayak
sebut Pangkalima biasanya mengeluarkan isyarat siaga atau perang berupa
mangkong merah yang di edarkan dari kampung ke kampung scara cepat sekali. Dari
penampilan sehari-hari banyak orang Dayak tidak tahu siapa panglima Dayak itu,
orangnya biasa-biasa saja, hanya saja mempunyai kekuatan supranatural yang luar
biasa. Percaya atau tidak panglima itu mempunyai ilmu bisa terbang, kenal dari
apa saja seperti peluru, senjata tajam dan sebagainya. Mangkok merah terbuat
dari teras bambu (ada yang mengatakan terbuat dari tanah liat) yang didesain
dalam bentuk bundar segera dibuat. Untuk menyertai mangkok ini disediakan juga
perlengkapan lainnya seperti ubi jerangau merah yang melambangkan keberanian
(ada yang mengatakan bisa diganti dengan beras kuning). Bulu ayam merah untuk
terbang, lampu obor dari bambu untuk suluh (ada yang mengatakan bisa diganti
dengan korek api), daun rumbia untuk tempat beteduh dan tali sampul dari kulit
kepuak sebagai
|
|
 |
lambing persatuan. Perlengkapan tadi di kemas dalam mangkok dari bambu itu dan dibungkus
dengan kain warna merah.
Gambar 2.8 Mangkok Merah
Dalam kehidupan sehari-hari suku
Dayak menggunakan dua jenis bahasa yaitu bahasa pengantar dan bahasa
sehari-hari atau bahasa daerah.Untuk bahasa pengantar umumnya suku Dayak
menggunakan yaitu bahasa kesatuan bahasa Indonesia, bahasa pengantar ini
biasanya digunakan di pemerintahan dan pendidikan.
Bahasa sehari-hari atau bahasa daerah digunakan dalam
lingkungan keluarga dan tempat tinggal, tidak digunakan secara resmi sebagai
bahsa pengantar di pemerintahan maupun di pendidikan.Suku bangsa dayak sendiri terdiri atas beberapa sub-suku bangsa. Bahasa
Dayak Ngaju adalah bahasa dayak yang paling luas digunakan di Kalimantan
Tengah, terutama didaerah sungai Kahayan dan Kapuas, bahasa Dayak Ngaju juga
terbagi lagi dalam berbagai dialeg seperti seperti bahasa Dayak Katingan dan
Rungan. Selain itu bahasa selain itu bahasa Ma’anyan dan Ot’danum juga banyak
digunakan. Bahasa Ma’anyan banyak digunakan didaerah aliran sungai Barito dan
sekitarnya sedangkan bahasa Ot’danum banyak digunakan oleh suku dayak Ot’danum
di hulu sungai Kahayan dan Bahasa Barito timur bagian Tengah-Selatan bagian
Tengah.
Sistem kekerabatan suku Dayak ialah ambilineal, yaitu mengikuti garis
keturunan dari laki-laki dan perempuan.Pada masa lalu, kelompok kekerabatan
yang terpenting ialah keluarga ambilineal kecil.Bentuk keluarga ini timbul jika
terjadi keluarga-luas ultralokal.Keluarga timbul jika sebagian dari anak
laki-laki maupun perempuan setelah menikah tinggal dirumah orang tuanya, sehingga
terbentuklah keluarga-luas ultralokal.Kelompok kekerabatan yang terpenting bagi
orang Dayak ialah keluarga-luas ultralokal.Rumah tangga ini berlaku sebagai
satu kesatuan sosial dan keagamaan, seperti gotong royong, bekerjasama dan
saling menolong.Selain itu, juga sebagai satu kesatuan rohaniah dalam upacara
keagamaan.Setiap rumah tangga kaharingan mempunyai pantangan terhadapat makanan
khusus, yang wajib ditaati oleh anggotanya.
Bentuk
kehidupan keluarga:
1.
Keluarga batih (nuclear family), wali/asbah yaitu mewakili keluarga dalam kegiatan sosial
dan politik di lingkungan dan di luar keluarga adalah anak laki-laki tertua.
2.
Keluarga luar (extand family), wali/asbah, yaitu
saudara laki-laki ayah dan saudara laki-laki ibu
Adat perkawinan dalam masyarakat dayak yang dianggap
ideal (endogami) perkawinan diantara dua saudara sepupu yang kakek-kakeknya
saudara kandung, disebut perkawinan
hajenan. Selain itu, yang dianggap baik ialah perkawinan di antara dua
orang saudara sepupu yang ibu-ibunya bersaudara sekandung dan di antara cross-cousin, yaitu anak-anak saudara
laki-laki ibu, atau anak-anak saudara perempuan ayah.Perkawinan yang dianggap
kurang baik ialah perkawinan antara saudara sepupu yang ayah-ayahnya bersaudara
sekandung.Pola kehidupan orang Dayak setelah menikah yaitu pola matrilokal,
dimana suami menikuti pihak keluarga istri dan pola neolokal, terpisah dari
keluarga kedua belh pihak.Ketika Huma Betang (long house) masih dipertahankan
keluarga baru harus menambah bilik pada sisi kanan atau sisi kiri huma betang
sebagai tempat tinggal mereka.
Tanggung jawab keluarga dalam suatu rumah tangga
adalah ayah dan ibu, yaitu ayah akan bertanggung jawab pada masalah-masalah
yang ada di luar rumah, misalnya ke ladang, gotong royong dan sebagainya.
Sedangkan ibu bertanggung jawab pada masalah-masalah yang berhubungan dengan
keadaan di dalam rumah.Dari sinilah jelas dapat dilihat bahwa masyarakat suku
Dayaj telah mengenal sistem pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan.
Pada masyarakat Dayak, hubungan seksual antara seorang
mamak (paman) dengan kemenakan
dianggap tercela, sehingga perlu dilakukan upacara peleburan dosa.Kedua orang
yang melanggar tadi diwajibkan makan dari dulang,
tempat makan babi sambil merangkak di hadapan warga yan sengaja
diundang.Pelanggaran tersebut menurut kepercayaan orang Dayak dapat menimbulkan
bencana tidak hanya pada keluarganya, tetapi juga bagi seluruh warga desanya.
Orang-orang Dayak tidak melarang gadis-gadis mereka
menikah dengan laki-laki dari suku lain, asalkan pihak laki-laki bersedia
bertempat tinggal di keluarga istrinya.Pergaulan diantara muda-mudi orang Dayak
bersifat bebas dalam batas-batas tertentu. Seorang laki-laki yang berduaan
dengan perempuan yang bukan istrinya di tempat yang sepi akan didenda (disinger
dalam adat Dayak). Seorang pemuda boleh pergi berduaan dengan seorang gadis
asalkan disertai oleh bibi dan pamannya.
Demikian pula seorang laki-laki dewasa boleh
bercakap-cakap dengan istri orang lain asal ada pihak ketiga yang menjadi
saksinya. Perkawinan orang Dayak bersifat monogami.Adat kaharingan sebenarnya
tidak melarang seorang laki-laki beristri lebih dari satu (poligami).Namun, hal
itu tidak bnyak dilakukan oleh laki-laki Dayak karena biaya untuk membayar
ganti rugi bagi istri pertamanya sangat besar dan memberatkan. Untuk kawin lagi
pihak laki-laki lebih memilih menceraikan istrinya, kemudian kawin lagi dengan
perempuan lain. Itulah sebabnya, tingkat penceraian di masyarakat Dayak sangat
tinggi.
Sistem ekonomi bagi orang Dayak khususnya di
Kalimantan Tengah terdiri dari empat macam yaitu; berladang, berburu, mencari
hasil hutan dan ikan, mengayam(kesenian). Pulau
Kalimantan masih di kelilingi dan di penuhi hutan jadi tidak heran lagi
jika orang Dayak menggantungkan hidupnya dari hasil hutan tersebut. Selain itu
hutan telah menjadi kawasan habitat mereka secara turun temurun bahkan hutan
adalah bagian dari hidup mereka secara holistic dan mentradisi hingga kini,
secara de fakto mereka telah menguasai kawasan itu dan dari hutan tersebut
mereka memperoleh sumber-sumber kehidupan pokok.
Orang Dayak
Dalam berladang mereka mengembangkan suatu sistem kerja sama dengan cara
membentuk kelompok gotong royong yang biasanya berdasarkan hubungan tetanggaan
atau persahabatan. Masing-masing kelompok terdiri dari 12-15 orang yang secara
giliran membuka hutan bagi-bagi ladang masing-masing anggota.Apabila kekurangan
tenaga kerja laki-laki maka kaum wanita dapat menggantikan pekerjaan kasar itu,
misalnya membuka hutan, menebang pohon-pohon dan membersihkan semak-semak.
Di ladang kebanyakan orang Dayak menanam durian dan
pinang. Selain padi mereka juga menanam ubi kayu, nanas, pisang, cabai dan
buah-buahan.Dan juga berburu rusa untuk makanan sehari-hari.
Bulan februari dan maret adalah bulan panen.Orang
Dayak sebelum membuka ladang baru, terlebih dahulu harus melihat tanda-tanda
alam seperti bintang dan sebagainya serta memperhatikan alamat-alamat yang
diberikan oleh burung-burung atau binatang-binatang liar tertentu.Jika
tanda-tanda ini tidak dihiraukan maka bencana kelaparan akibat gagalnya panen
menimpa seluruh desa.
Banyak dari alat-alat perlengkapan hidup yang dimiliki
oleh suku Dayak yang mempunyai fungsi dan kegunaan lebih dari satu atau
multifungsi.Suku Dayak sudah menggunakan alat-alat yang sudah sedikit maju
(berkembang). Alat-alat yang digunakan suku Dayak yaitu:
1.
Sipet/Sumpitan,
Merupakan senjata utama suku dayak
senjata yang
digunakan untuk berburu maupun dalam
pertempuranterbuka
atau sebagai senjata rahasia untuk pem-bunuhan diam diam. Penggunaan sumpit
yaitu dengan cara ditiup. Dari segi penggunaannya sumpit atau sipet ini
memiliki keunggulan tersendiri karena dapat digunakan sebagai senjata jarak
jauh dan tidak merusak alam karena bahan pembuatannya yang alami. Dan salah
satu kelebihan dari sumpit atau sipet ini memiliki akurasi tembak yang dapat
mencapai 200 meter. Dewasa ini fungsi sipet bukan lagi untuk berburu atau
beperang melainkan menjadi salah satu ajang olahraga atau perlombaan bagi suku
Dayak. Sipet berbentuk bulat dan
berdiameter 2-3 cm, panjang 1,5 – 2,5 m, di tengah- tengahnya berlubang dengan
diameter lubang ¼ – ¾ cm yang digunakan untuk memasukan anak
sumpitan (Damek). Ujung atas ada tombak yang terbuat dari batu gunung yang
diikat dengan rotan dan telah di anyam. Anak sumpit disebut damek, dan
telep adalah tempat anak sumpitan.
Gambar 2.9 Telep
Gambar 2.10 cara orang suku dayak melakukan serangan
2.

Lonjo/Tombak
dibuat dari besi dan dipasang atau diikat dengan anyaman rotan dan bertangkai
dari bambu atau kayu keras.
Gambar 2.11
Tombak
3.

Mandau
Merupakan senjata utama dan merupakan senjata turun temurun yang dianggap
keramat. Bentuknya panjang dan selalu ada tanda ukiran baik dalam bentuk
tatahan maupun hanya ukiran biasa. Mandau dibuat dari batu gunung, ditatah,
diukir dengan emas/perak/tembaga dan dihiasi dengan bulu burung atau rambut
manusia. Mandau mempunyai nama asli yang disebut “Mandau Ambang Birang Bitang
Pono Ajun Kajau”, merupakan barang yang mempunyai nilai religius, karena
dirawat dengan baik oleh pemiliknya. Batu-batuan yang sering dipakai sebagai
bahan dasar pembuatan Mandau dimasa yang telah lalu yaitu: Batu Sanaman
Mantikei, Batu Mujat atau batu Tengger, Batu Montalat.
Gambar 2.12
Mandau, senjata utama suku Dayak
4.
Telawang/Perisai.
Talawang terbuat dari bahan kayu yang ringan tetapi kuat. Bentuknya segi enam
memanjang dengan ukuran panjang kurang lebih 1 meter dan lebarnya kurang lebih
0,5 meter dengan perkiraan dapat menutupi dada manusia guna menangkis mandau
atau tombak musuh apabila terjadi perkelahian dalam perang. Keseluruhan bidang
depan talawang biasanya diukir bentuk topeng (hudo), lidah api, dan pilin
ganda. Selain sebagai pelengkap alat pertahanan diri, perisai juga digunakan
sebagai pelengkap dalam tari-tarian.
Biasanya talawang dihiasi dengan
ukir-ukiran khas Dayak, sehingga banyak pula dekorasi produk desain interior
rumah dan bagian-bagian arsitektural dari kriya seni ukir Dayak Kalimantan
Tengah yang menggambarkan Talawang ini.
Gambar 2.13 Perisai (Telawang)
5.
Dohong
Senjata ini semacam keris tetapi lebih besar dan tajam sebelah menyebelah.
Hulunya terbuat dari tanduk dan sarungnya dari kayu. Senjata ini hanya boleh
dipakai oleh kepala-kepala suku, Demang, Basir.
Gambar 2.14 Dohong
1.
Dalam
berpakaian dulu orang suku Dayak sering menggunakan ewah (cawat) untuk pakaian
asli laki-laki Dayak yang terbuat dari kulit kayu dan Kaum wanita memakai
sarung dan baju yang terbuat dari kulit kayu, sedangkan pada masa sekarang
orang Dayak di Kalimantan Tengah Sudah berpakaian legkap seperti : laki-laki
memakai hem dan celana dan kaum wanita memakai sarung dan kebaya atau bagi anak
muda memakai rok potongan Eropa.
2.
Zaman
dulu para wanita sering menggunakan anting yang banyak agar semakin panjangnya
daun telinga semakin cantik wanita tersebut, para lelakinya sering menggunakan
tato bahwa semakin banyaknya tato ditubuh lelaki tersebut maka ia akan terlihat
gagah dan ganteng.
3.
Terkadang
mereka sering menggunakan bahasa inggris untuk komunikasi tetapi masih bersifat
pasif.
4.
Menggandalkan
atau menggunakan rasi bintang untuk mengetahui apakah cocok untuk bertanam atau
berladang.
Orang Dayak walaupun dalam kehidupan yang agak
sederhana, ternyata sangat gemar akan kesenian. Kesenian yang di miliki oleh
orang Dayak berupa (a) tari; (b) suara; (c) ukir; (d) seni lukis. Berikut
uraiannya:
a.
Seni Tari
Dalam
seni tari dayak, dikenal beragam tari Dayak dengan gerakan yang eksotik dan
memukau. Lewat gerakan para penari Dayak yang biasanya diiringi dengan
tetabuhan yang khas, unsur ritmis yang berpadu serasi menjadi sebuah seni penuh
makna. Jenis-jenis tari Dayak yang cukup sering ditampilkan di depan umum di
antaranya:
1. Tari Gantar
Tarian
yang menggambarkan gerakan orang menanam padi.Tongkat menggambarkan kayu
penumbuk sedangkan bambu serta biji-bijian didalamnya menggambarkan benih padi
dan wadahnya.Tarian ini cukup terkenal dan sering disajikan dalam penyambutan
tamu dan acara-acara lainnya.Tari ini tidak hanya dikenal oleh suku Dayak Tunjung
namun juga dikenal oleh suku Dayak Benuaq.Tarian ini dapat dibagi dalam tiga
versi yaitu tari Gantar Rayatn, Gantar Busai dan Gantar Senak/Gantar Kusak.
2.
Tari Jarangkang Bango
Tarian ini merupakan tari kreasi
baru yang diadaptasi dari tarian suku Dayak di pedalaman Kalimantan Tengah
dengan nama yang sama. Di daerah tersebut, tarian ini biasanya dimainkan oleh
anak-anak.Jarangkong Bango merupakan perangkat tari berupa benda yang dibuat
dari batok kelapa yang dibelah dua, kemudian dilubangi untuk mengaitkan tali
pegangan.Perangkat ini kemudian digunakan oleh para penari sebagai properti
utama tarian ini.Tarian ini menunjukkan sebuah kebersamaan dan kekompakkan
serta solidaritas anak-anak suku Dayaj dalam hidup bermasyarakat.
3. Tari Wadian Amun Rahu
Tarian ini bersifat sacral, magis,
dan religious.Tari yang biasa dimainkan oleh kaum perempuan ini pada masa
lampau dimaknai sebagai prosesi adat untuk menghantarkan puji syukur kepada
Tuhan Yang Maha Esa, setelah selesai panen padi.Wadian memiliki arti yaitu
basir, pemimpin ritual keagamaan, dukun dan tabib. Wadian juga berarti proses
pekerjaan ritual, tarian magis yang bertujuan untuk pengobatan. Ciri khas
tarian ini adalah penarinya memakai gelang besar pada tangan mereka.
4. Tari Gelang Dadas dan Gelang Bawo
(Iruang Wandrung)
Merupakan rampak selaras dua gerak
tari yang disatukan yaitu Wadian Dadas dan Wadian Bawo dan kemudian disebut
Tari Iruan Wandrung.Tarian Dadas dilakukan oleh penari wanita, sedangkan Gelang
Bawo ditarikan oleh penari pria.Dengan iringan perpaduan musik tradisional yang
energik tarian ini pada jaman dulu berfungsi sebagai tarian untuk menghantar
syukuran kepada Yang Maha Kuasa karena keberhasilan dalam seluruh aspek
kehidupan Suku Dayak.
5.
TariGiring-Giring
Tari
giring-giring awalnya adalah tarian yang berasal dari daerah DAS Barito,
Kalimantan Tengah.Tari giring-giring biasa dipertunjukkan dengan perangkat
musik dari bambu yang berbunyi jika digetarkan.Alat musik ini disebut
Ganggereng dan dimainkan bersama sebuah tongkat yang disebut Gantar.Tari ini
biasa ditampilkan pada acara-acara adat sebagai perwujudan perasaan suka cita
warga terutama pada saat menyambut tamu-tamu kehormatan.Dalam perkembangan,
gerak dan ragam giring-giring telah mengalami banyak pengembangan dengan tidak
meninggal kaidah dan teknik dasar tarinya.
6. Tari
Rantak Kipas Gempita
Tarian ini menggambarkan semangat
generasi muda dalam meningkatkan rasa
persatuan dan kesatuan. Kemajemukan sosial dan budaya dalam diri para pemuda
yang menuntut ilmu di Bumi Tambun Bungai bukanlah suatu hambatan dalam
mewujudkan cita-cita bersama unutk memajukan daerah.Disbanding konsep awalnya,
sajian tarian ini telah mengalami pengem-bangan ragam gerak dengan tidak
meninggalkan kaidah dan teknik dasarnya.Tarian ini dimainkan dengan lincah dan
gembira, sebagai manifestasi dari semangat yang dimiliki oleh generasi muda
dalam upayaikut serta dalam membangun masyarakat, bangsa dan negara.
b. Seni Suara
Seni musik memegang peranan penting dalam hidup keseharian
Suku Dayak, terlebih dimasa dahulu.Pewarisan budaya yang lebih dikenal dengan
istilah Tetek Tanum, terkadang menggunakan kecapi sebagai sarana. Tetek Tanum
adalah cara bercerita dengan kalimat berirama tentang asal usulnenek
moyang, sejarah masa lalu suku, tentang kepahlawanan padagenerasi
penerus.Dalam setiap upacara adat, pesta pernikahan, acara kematian, suara
musik dalam bentuk Gandang Garantung. Musik Gandang Garantung
adalahgabungan dari suara beberapa alat musik yaitu buah gandang atau
kendang yang dimainkan oleh satu orang. Garantung atau gong berjumlah
lima buah. Berikut macam-macam lagu suku Dayak:
1. Mansana Kayau
Merupakan kisah kepahlawanan yang
dilagukan kembali.Biasanya dinyanyikan bersahut-sahut antara dua sampai empat
orang baik perem-puan maupun laki-laki.
2. Mansana Kayau Pulang
Merupakan kisah yang dinyanyikanpada
waktu malam sebelum tidur oleh orang tua kepada anak dan cucunya dengan aksud
membakar semangat anak turunannya untuk membalas dendam kapada Tambun Baputi
yang telah membunuh nenek moyang mereka.
3. Mohing Asang
Merupakan nyanyian perang.Bila
pangkalima telah membunyikan Selen-tak tujuh kali kemudian tedengar nyanyian
Mohing Asang, itu berarti suatu perintah untuk maju.
4. Ngendau
Merupakan senda gurau yang
dilagukan.Biasanya dilakukan oleh para remaja laki-laki ataupun perempuan dan
bersahut-sahutan.
5.
Kalalai-lalai
Merupakan
nyanyian yang disertai tari-tarian suku Dayak Mama di daerah Kotawaringin
6.
Natum
Merupakan
kisah sejarah masa lalu yang dilagukan
7.
Natum
Pangpangal
Merupakan
ratap tangis kesedihan pada saat terjadi kematian anggota keluarga yang
dilagukan.
8.
Karungut
Merupakan sejenis pantun yang dilagukan. Dalam berbagai
acarakarungut sering dilatunkan, misalnya pada acara penyambutan tamu
yangdihormati.Salah satu ekspresi kegembiraan dan rasa
bahagia diungkapkandalam bentuk karungut.Terkadang ditemukan perulangan
kata pada akhirkalimat namun terkadang juga tidak. Untuk mengamati cara
tutur orangDayak dalam mengekspresikan perasaan mereka, maka terjemahan
dalamBahasa Indonesia dibuat dalam sebagaimana adanya kata per kata.
b.1 Alat Musik Instrumen
1.Garantung
Merupakan alat musik tradisional sejenis Gong. Alat musik inilah yang paling
banyak digunakan oleh masyarakat Kalimantan Tengah khususnya Suku Dayak. Ada
juga yang menyebut alat musik ini dengan sebutan Agung.
2.Salung
Merupakan alat musik jenis pukul yang terbuat dari bambu atau kayu. Nada
yang dihasilkan alat musik salung ini adalah nada do, re, mi, sol, dan la.
3.Gandang
Merupakan alat musik gendang. Gendang yang satu
ini adalah gendang yang ukurannya besar. Bahkan panjangnya bisa mencapai 1
sampai 2 meter dengan diamater sekitar 40 cm. Biasanya alat musik jenis ini
digunakan untuk upacara-upacara adat di Kalimantan tengah.
4.Katambung
Merupakan alat musik sejenis perkusi gendang yang memiliki panjang hingga 75
cm. Alat musik ini dibuat dari kayu ulin kemudian ada balutan kulit ikan buntal
yang dikeringkan untuk diregangkan di bagian sisinya sebagai bagian yang
nantinya dipukul dalam memainkannya. Diamater kulit ikan buntal yang
dikeringkan kemudian dijadikan bagian dari Katambung ini biasanya berukuran
hingga 10 cm.
5.Guriding
Alat musik tradisional Kalimantan Tengah yang satu ini lebih unik dari
yang lain. Karena alat musik yang satu ini terbuat dari sejenis tumbuhan hutan
yang biasa disebut suku dayak berasal pelepah tua Pohon Joko. Ditengahnya
seakan-akan terdapat lidah dan ujungnya dibuat runcing sehingga berbunyi ketika
dipukul.
6.Kangkanong
Humbang
Alat musik
ini sejenis alat musik yang dibuat dari bambu yang dirakit dari beberapa batang
bambu kemudian dipukul sehingga menghasilkan bunyi.
c.
Seni Ukir
Kesenian
dalam bentuk ukir yang memiliki khas dan corak unik yang mempunyai nama dan
makna tersendiri setiap ukirannya. Hal ini bisa dilihat dari topeng, perisai
(talawang) seni ukir yang menggambarkan wajah jin yang seram, bangunan sanding
(tempatMenyimpan tulang belulang), hulu dan sarung mandau, patung sapundu dan
sebagainya. Orang Dayak dikenal pandai membuat kerajinan tangan berupa anyaman
kulit rotan, seperti tikar, keranjang, dan topi. Mengayam merupakan pekerjaan
wanita. Hasilnya mereka jual ke pasar. Kerajinan tangan pahat atau patung
adalah salah satu bentuk kekayaan dari Kalimantan Tengah. Rumah-rumah mereka
terbuat dari kayu ukiran yang cara pembuatannya masih kasar.
d.
Seni
Lukis
kesenian
dalam bentuk seni lukis masyarakat Dayak yang paling terkenal yaitu berupa seni
lukis seluruh badan manusia atau disebut tato dengan menggunakan alat yang
disebut “Tutang atau Cacah” yang dilakukan sangat teliti dan hati-hati.
Tato memang
sudah menjadi tren di dunia luar sana, jadi simbol kebebasan memodif diri dan
tubuh, tapi di Negara Indonesia tato sudah ada sejak zaman dahulu. Salah
satunya di pulau Kalimantan, disana tato mempunyai nilai dan arti yang
mendalam. Suku Dayak dalam membuat tato tidak boleh di buat dengan sesuka hati
sebab ia adalah sebahagian dari tradisi, status sosial seseorang dalam
masyarakat, religi, serta sebagai bentuk penghargaan suku terhadap kemampuan
seseorang. Oleh karena itu, ada peraturan tertentu dalam pembuatan tato baik
pilihan gambarnya, struktur sosial seseorang yang memakai tato maupun
penempatan tatonya.
Meskipun
demikian, secara realitasnya tato meiliki makna sama dalam masyarakat Dayak,
yakni sebagai “obor” dalam perjalanan seseorang menuju alam keabadian setelah
kematian. Bagi suku Dayak yang tinggal di sekitar Kalimantan dan Sarawak
Malaysia, tato disekitar jari tangan menunjukkan orang tersebut suku yang suka
menolong seperti ahli pengobatan.Semakin banyak tato ditangannya, menunjukkan
orang itu semakin banyak menolong dan semakin arif dalam ilmu
pengobatan.Banyaknya tato menggambarkan orang tersebut sudah kuat mengembara.
Setiap
kampung memiliki motif tato yang berbeda, banyaknya tato menandakan pemiliknya
sudah mengunjungi banyak kampung.Berbeda pula dengan golongan bangsawan yang
memakai tato, motif yang lazim untuk kalangan bangsawan adalah burung enggang
yakni burung endemik Kaliman-tan yang dikeramatkan.Ada pula tato yang dibuat di
bagian paha.Bagi perempuan Dayak memiliki tato di bagian paha status sosialnya
sangat tinggi dan biasanya dilengkapi gelang di bahagian bawah betis.Motif tato
di bagian paha biasanya juga menyerupai symbol tato berbentuk muka
harimau.Perbedaannya dengan tato di tangan, ada garis melintang pada betis yang
dinamakan nag klinge.
Tato sangat
jarang ditemui dibagian lutut.Meskipun demikian, ada juga tato dibagian lutut
pada laki-laki dan perempuan yang biasanya dibuat pada bagian akhir pembuatan
tato badan.Tato yang dibuat diatas lutut dan melingkar hingga ke betis menyerupai
ular, sebenarnya anjing jadi-jadian atau disebut tuang buvong asu.
Gambar 2.15 Tato Tangan
Gambar 2.16 Tato tuang buvong asu
PENUTUP
Indonesia merupakan negara yang kaya akan seni dan
budayanya. Tidak bisa dipungkiri, bahwa
kebudayaan daerah merupakan faktor utama berdirinya kebudayaan yang lebih
global, yang bisa disebut dengan kebudayaan nasional.
Salah satu kekayaan Negara Indonesia
adalah Kalimantan. Kalimantan dinobatkan sebagai awal peradaban di nusantara,
karena memiliki sejarah yang panjang dan sebagai tempat berdirinya kerajaan
tertua di indonesia yaitu kerajaan kutai. Awal peradaban budaya di Kalimantan
di tunjukkan dengan ditemukannya sebuah Prasasti (tugu batu).
Kebanyakan dari suku Dayak memilih
tinggal di aliran sungai baik itu dari hulu maupun hilir. Mereka membangun
rumah di tepi sungai yang berbentuk memanjang atau sering disebut rumah khas
adat Kalimantan yaitu Rumah Betang yang memiliki panjang 150
M dan lebar hingga 30 M dan tinggi 3 M - 5 M dari tanah. Tingginya bangunan
tersebut diperkirakan untuk menghindari datangnya banjir pada musim penghujan
yang mengancam daerah-daerah di hulu sungai.
Rumah
Betang ini mampu memberi hunian ±20 kepala
keluarga, karena suku Dayak menganut sistem kekerabatan yang ambilineal, yaitu mengikuti garis
keturunan dari laki-laki dan perempuan. Keluarga timbul jika sebagian dari anak
laki-laki maupun perempuan setelah menikah tinggal dirumah orang tuanya,
sehingga terbentuklah keluarga-luas ultralokal. Rumah tangga ini berlaku
sebagai satu kesatuan sosial dan keagamaan, seperti gotong royong, bekerjasama
dan saling menolong.
Dengan
terbentuknya satu kesatuan seperti gotong royong masyarakat suku Dayak
mengembangkan suatu sistem kerja sama dalam berladang. Biasanya berdasarkan
hubungan tetanggaan atau persahabatan. Masing-masing kelompok terdiri dari
12-15 orang yang secara giliran membuka hutan bagi-bagi ladang masing-masing
anggota.Apabila kekurangan tenaga kerja laki-laki maka kaum wanita dapat
menggantikan pekerjaan kasar itu, misalnya membuka hutan, menebang pohon-pohon
dan membersihkan semak-semak.
Sebelum membuka ladang baru, suku Dayak terlebih
dahulu harus melihat tanda-tanda alam seperti bintang dan sebagainya serta
memperhatikan alamat-alamat yang diberikan oleh burung-burung atau
binatan-binatang liar tertentu.Jika tanda-tanda ini tidak dihiraukan maka
bencana kelaparan akibat gagalnya panen menimpa seluruh desa. Bukan dalam
sistem mata pencaharian saja suku Dayak menerapkan hal-hal yang mistis dalam
sistem kepercayaan/religi mereka juga menganggap bahwa alam semesta itu penuh
dengan makhluk-makhluk halus dan roh-roh (ngaju ganan) yang menempati alam
tempat tinggal mereka.
Agama asli suku Dayak adalah Kaharingan. Kaharingan
tidak dimulai sejak zaman dulu tertentu namun sejak awal penciptaan.Sejak tuhan
yang disebut Ranying Hatalla (penyebutan jepang) menciptakan manusia. Ranying
berarti Maha Tunggal, Maha Agung, Maha Mulia, Maha Jujur, Maha Suci, dan
Hatalla berarti Maha Pencipta. Untuk dapat berhubungan dengan roh nenek moyang,
mereka melakukan upacara ritual, seperti upacara pemberian sesaji, upacara
penyambutan kelahiran anak, upacara membakar (tiwah), mengubur mayat dan
sebagainya. Agama asli suku Dayak adalah Kaharingan Orang-orang Dayak juga
mengenal upacara keagamaan yang bersifat
khusus, seperti upacara menanam dan memanen tanaman, upacara keluarga,
upacara mengusir hama tanaman, dan sebagainya. Upacara ini pun dipimpin oleh seorang
balian.
Dalam sistem bahasa suku Dayak
menggunakan dua jenis bahasa yaitu bahasa pengantar dan bahasa sehari-hari atau
bahasa daerah.Untuk bahasa pengantar umumnya suku Dayak menggunakan yaitu
bahasa kesatuan bahasa Indonesia, bahasa pengantar ini biasanya digunakan di
pemerintahan dan pendidikan. Bahasa sehari-hari atau bahasa daerah digunakan
dalam lingkungan keluarga dan tempat tinggal, tidak digunakan secara resmi
sebagai bahsa pengantar di pemerintahan maupun di pendidikan.Suku bangsa dayak sendiri terdiri atas beberapa
sub-suku bangsa.
Orang
Dayak dikenal pandai membuat kerajinan
tangan berupa anyaman kulit rotan, seperti tikar, keranjang, dan topi.
Menganyam merupakan pekerjaan kaum wanita. Hasilnya mereka jual ke pasar. Sejak
dulu, orang Dayak dikenal pandai membuat kain tenun dari kapas dan dari kulit
kayu. Pakaian adat asli laki-laki dayak disebut ewah (cawat) yang dibuat dari kulit kayu, sedangkan kaum wanitanya
menggunakan kain sarung dan baju yang juga terbuat dari kulit kayu. Dengan
perkembangan IPTEK sekarang orang Dayak sudah berpakaian lengkap seperti
orang-orang Indonesia lainnya.
Orang
dayak juga pandai membuat patung yang di ukir menggunakan tangan. Rumah-rumah
mereka terbuat dari kayu ukiran yang cara pembuatannya masih kasar. Salah satu
karya kesenian yang terkenal adalah perisai
(talawang) seni ukir yang menggambarkan wajah jin yang seram. Selain seni ukir
suku Dayak juga memiliki seni lukis yang sangat menarik dan khas, yaitu tato.
Siapa yang tidak kenal tato, tato saat ini sangat trend di dunia luar sana.
Tetapi tato yang di pakai oleh suku Dayak berbeda dengan dunia luar sana karena
tato di Kalimantan adalah sebuah tradisi.
Suku Dayak
dalam membuat tato tidak boleh di buat dengan sesuka hati sebab ia adalah
sebahagian dari tradisi, status sosial seseorang dalam masyarakat, religi,
serta sebagai bentuk penghargaan suku terhadap kemampuan seseorang. Oleh karena
itu, ada peraturan tertentu dalam pembuatan tato baik pilihan gambarnya,
struktur sosial seseorang yang memakai tato maupun penempatan tatonya.
Selain
kesenian seperti yang diatas, suku Dayak juga memiliki seni suara. Seni musik memegang peranan penting dalam hidup keseharian
Suku Dayak, terlebih dimasa dahulu.Pewarisan budaya yang lebih dikenal dengan
istilah Tetek Tanum, terkadang menggunakan kecapi sebagai sarana. Tetek Tanum
adalah cara bercerita dengan kalimat berirama tentang asal usulnenek
moyang, sejarah masa lalu suku, tentang kepahlawanan padagenerasi
penerus.Dalam setiap upacara adat, pes-ta pernikahan, acara kematian,
suara musik dalam bentuk Gandang Garantung
Alat-alat kesenian yang digemari oleh orang Dayak terbuat dari
bambu dan kayu yang dapat dipukul nyaring (salung). Alat-alat musik ini
dimainkan ketika diadakan pesta tarian dan musik. Tarian suku Dayak banyak
jenisnya, antara lain tari gantar, tari jarangkang bango, Tari Wadian Amun Rahu dan sebagainya.
Zaman boleh maju dan berkembang bukan berarti kita harus
meninggalkan kebudayaan tersebut. Dewasa ini banyak masyarakat memilih untuk
menampilkan dan menggunakan kesenian dan budaya modern dari pada budaya
asalnya. Bahkan mereka lebih memilih dan berpindah ke budaya asing yang belum
tentu sesuai dengan kepribadian bangsa.
Sebagai generasi muda dan penerus kita berkewajiban untuk
menjaga, memelihara dan memegang dengan teguh kebudayaan baik budaya lokal
maupun budaya nasional, karena budaya merupakan bagian dari kepribadian bangsa.
Wijaya,
E. Juhana.2007.Memahami IPS Kelas 2 SMK.Bandung:
CV Armico