Kamis, 12 Desember 2013

Negaraku Berkedaulatan Rakyat

Salah satu wujud tata kepemerintahan yang baik (good goverence) itu terdapat citra pemerintahan yang demokratis. Bekerja dalam negara yang demokratis merupakan cita-cita semua orang yang mau hidup di negara yang demokratis. Selama ini kita belum merasakan hal seperti itu. Sekarang pemerintah berkeinginan mengamalkan prinsip-prinsip demokrasi di segala bidang. Prinsip demokrasi yang paling urgen ialah meletekkan kekuasaan di tangan rakyat (kedaulatan rakyat), bukannya ditangan penguasa.
Secara singkat dikatakan kedaulatan bahwa prinsip kedaulatan rakyat itu menekankan bahwa kekuasaan tertinggi untuk membuat keputusan terletak di tangan seluruh rakyat, bukannya berada di tangan beberapa atau salah satu dari orang-orang tertentu. Sistem pemerintahan yang demokratis adalah sistem yang meletakkan kedaulatan dan kekuasaan berada ditangan rakyat, bukan berada ditangan sekelompok tuanku yang ada di Senayan maupun di kantor departemen pemerintah.
Semua proses pembuatan kebijakan publik yang menyangkut kepentingan rakyat harus didasarkan pada kedaulatan ini. suatu negara bisa dikatakan negara jika negara tersebut berdaulat. Suatu negara dikatakan berdaulat jika negara tersebut mempunyai kekuasaan penuh dan ekslusif untuk membuat dan memakmemsakan hukum-hukum berlaku untuk seluruh rakyat yang hidup diwilayah negara tersebut. Suatu negera yang beradaulat dikatakan demokratis kalau uang berdaulat itu rakyatnya. Setiapa negara yang berdaulat kekuasaan tertinggi atas keputusan-keputusan politik yang diambil terletak pada somewhere dalam struktur politik pemerintahan yang secara ultimate dititipi kedaulatan oleh rakyatnya. Sekali lagi di dalam negera demokrasi kekuasaan tertinggi harus diletakkan pada kedaulatan rakyat, bukan pada kedaulatan tuanku.
Salah satu bukti bahwa Indonesia adalah negara yang berkedaulatan rakyat terletak pada UUD 1945 dan Pancasila.
Pembukaan UUD 1945 Alinea Ke-empat “kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kepada perdamaian abadi, dan keadilan sosial maka disusunlah kemerdekaan kebangasaan Indonesia itu dalam suatu Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada: ketuhanan yang maha esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indoneisa”.
Alinea tersebut menegaskan tujuan negara Indonesia, bentuk negara Indonesia, republik yang berkedaulatan rakyat dan dasar negara Indonesia. Salah satu pokok pikiran Pembukaan UUD 1945, yaitu pokok pikiran ketiga mengatakan bahwa negara berkedaulatan rakyat berdasar atas kerakyatan dan permusyawaratan /perwakilan.
UUD 1945 Pasal 1 ayat 1 dan 2. Dalam ayat 1 berbunyi: “Negara Indonesia ialah negara kesatuan yang berbentuk Republik”. Ayat 2 berbunyi, “Kedaulatan adalah ditangan rakyat, dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar”. Pasal ini menunjukkan bahwa dalam negara Indonesia, rakyatlah yang berkuasa menurut undang-undang dasar. Kekuasaan rakyat sepenuhnya dipercayakan kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang terdiri atas anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Hal ini berarti MPR, DPR, dan DPD memiliki kekuasaan legislatif yang sama.
Pancasila, Sila keempat berbunyi, “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan”.
Dengan demikian, jelaslah bahwa negara kita menganut kedaulatan rakyat yang pelaksanaannya dilakukan oleh MPR, DPR,DPRD Provinsi, DPRD kabupaten/kota, dan DPD.
Prinsip kedaulatan rakyat ini bukan berarti bahwa seluruh rakyat secara langsung membuat keputusan atau kebijakan sehari-hari dalam setiap urusan dan aktivitas pemerintahan. Demokrasi yang berdasarkan prinsip kedaulatan rakyat ini bukan berarti bahwa setiap perizinan yang dikeluarkan oleh instansi pemerintah baru dikatakan sah jika seluruh rakyat ikut beramai-ramai membuat keputusan. Lain halnya dengan sistem kediktatoran yang menyatakan bahwa suatu izin yang dikeluarkan oleh instansi pemerintah dibawahnya harus disahkan oleh tanda tangannya. Jika hal semacm itu terjadi maka sistem tersebut bukannya kedaulatan rakyat melainkan kediktatoran rakyat.
Kedaulatan rakyat dalam sistem pemerintahan yang demokratis oleh rakyat dapat di pinjamkan atau didelegasikan kekuasaan membuat keputusan atau kebijakan itu kepada legislatif, eksekutif, yudikatif, administrator atau kepada siapa pun yang  di kehendaki sebagai wakilnya. Rakyat dikatakan berdaulat sepanjang mereka, bukannya wakilnya, masih mempunyai kekuasaan tertinggi (ultimate power) untuk memutus, di mana kekuasaan membuat keputusan tetap berada di tangannya dan yang bisa didelegasikan kepada siapa saja yang bisa bertanggung jawab pada periode waktu tertentu.
Jika kekuasaan tertinggi berada ditangan semua rakyat, maka pemerintahan disebut demokrasi. Jika kekuasaan tertinggi berada ditangan satu orang, maka pemerintahannya dinamakan dictator. Jika kekuasaan tertinggi berada di tangan beberapa orang, maka pemerintahannya oleh ilmuwan politik dikatakan sebagai pemerintahan oligarki atau aristokrasi.
Jika demokrasi dapat dikaitkan pemahamannya dengan kedaulatan rakyat, maka sistem pemerintahan harus dilakukan oleh rakyat, dari rakyat untuk rakyat. Dan secara implisit kekuasaan berada pada semua orang dewasa yang sehat jasmani rohani, warga negara dari suatu negara tersebut dan tidak terpidana.
Kedaulatan rakyat sebagai ciri suatu pemerintahan yang demokratis itu dapat dilihat bagaimana jika pemerintahan itu membuat kebijakan dan melaksanakan kebijakan publik. Jika kebijakan itu dibuat tidak melibatkan dan mengakomodasikan kepentingan dan aspirasi semua rakyat, tetapi dibuat oleh elite yang mengakomodasikan aspirasi dan kepentingan segelintir orang atau sekelompok rakyat, maka kebijakan yang diambil itu tidak bisa disebut demokratis.
Melihat keadaan indonesia sekarang yang demikian belum sejahtera, untuk menjadi negara yang sejahtera maka pelaksanaan pemerintah di Indonesia harus di evaluasi dan harus ada perubahan. Semua itu dengan tetap memperhatikan kedaulatan rakyat tadi. Evaluasi dan perubahan tersebut dapat dilakukan dari dua sisi, yaitu: dari atas (Top down) dan dari bawah (Bottom-up).
Perubahan dari atas (Top down) yaitu perubahan yang menyangkut atau yang dilakukan pada aspek kebijakan pemerintahan. Pembuatan atau perubahan kebijakan pemerintah haruslah memperhatikan kesejahteraan sosial masyarakat. Kebijakan harus mengacu pada kedaulatan atau kepentingan rakyat secara keseluruhan, bukan kepentingan segolong orang atau kepentingan satu kelompok sosial semata. Kebijakan yang dimaksud disini adalah semua kebijakan yang berkaitan dengan keempat aspek indikator kesejahteraan sosial, yaitu aspek sosial, ekonomi, pendidikan dan kesehatan.
Perubahan dari bawah Bottom-up yaitu evaluasi pada aksi sosial. Maksudnya adalah perubahan dari masyarakat itu sendiri. Bagaimana masyarakat itu berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Bagaimana mereka antara satu dan yang lain saling berhubungan dan saling membantu untuk mewujudkan kehidupan yang sejahtera, semua itu harus menjadi  perhatian. Jika aspek ini sudah cukup terperhatikan, pemerintah akan mudah memberikan tindak lanjut dan memfasilitasi secara tepat. Jadi kemudian masyarakat dapat mewujudkan kesejahteraan sosialnya sendiri.
Jadi, evaluasi atau perubahan dari kedua aspek ini harus terwujud semuanya dan saling mendukung. Tidak bisa hanya salah satu dan tidak bisa hanya pada satu atau dua aspek kesejahteraan sosial, tetapi harus mencakup semuanya.

Apakah negara Indonesia sudah menjadi negara yag berdaulat dan sejahtera? Kembali lagi ke diri masing-masing orang. Apabila memang ingin mengalami perubahan pada negeri ini, menjadikan negara yan berdaulat dan sejahtera, maka laksanakanlah kedaulatan rakyat tersebut, melalui aspek kesejahteraan sosial tersebut, yaitu aspek sosial, ekonomi, pendidikan dan kesehatan. 

Rabu, 11 Desember 2013

MK: ANTROPOLOGI BUDAYA

TUGAS MANDIRI
MENGENAL BUDAYA KALIMANTAN
MATA KULIAH ANTROPOLOGI BUDAYA
Description: LOGO UPB - Full Color

NAMA MAHASISWA         : IIS SUPIAH
NPM                                       :  131010003
KODE KELAS                      :  131-CM008-M3
DOSEN                                  :  MELISA ANGGRAINI, SH, MH

PROGRAM STUDI ADMINISTARSI NEGARA
2013
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS PUTERA BATAM


KATA PENGANTAR


Puji dan syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini dengan baik dan benar, serta tepat pada waktunya. Dalam makalah ini penulis akan membahas mengenai ‘’ MENGENAL BUDAYA KALIMANTAN‘’.
Makalah ini telah dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantun dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1.      Ibu Melisa Anggaraini, S.H, M.H. selaku dosen mata kuliah antropologi budaya pada Program Studi Administrasi Negara Universitas Putera Batam.
2.      Bapak Karol Teovani Lodan, S.ap, M.ap selaku KAPRODI Administrasi Negara Universitas Putera batam
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengundang pembaca untuk memberikan saran dan kritik yang dapat membangun penulis. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk peyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita.

Batam, 8 Desember 2013
Penulis
 Iis supiah
 131010003




BAB I

PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG


Keberagaman budaya lokal merupakan potensi yang besar bagi pembentukan budaya nasional. Keberagaman budaya lokal inilah yang menyebabkan karateristik budaya nasional bangsa Indonesia menjadi khas, yang membedakan dengan budaya bangsa-bangsa lain.
Indonesia yang merupakan negara kepulauan yang dihuni oleh penduduk yang berasal dari nenek moyang yang sama, tetapi karena terpisah oleh lautan yang memutus hubungan mereka, menyebabkan perkembangan kebudayaannya berbeda-beda. Menurut ahli antropologi, terdapat empat kelompok suku bangsa yang men-diami kepualauan Indonesia, yaitu Melanasia (campuran submongolid dan wajak), Proto-Austronesian (termasuk wajak), Polynesia, dan Mikronesia.
Contoh bentuk kelompok Melanasia adalah Kalimantan, selain terkenal dengan hujan tropisnya, juga termasuk  pulau terbesar ke- 5 se-dunia. Ini juga menjadi awal peradaban bangsa Indonesia.Penemuan Yupa (Tugu batu), sebuah prasasti peninggalan Kerajaan Hindu- Kutai sekitar abad 4 Masehi di Kalimantan timur menjadi bukti atas awal dari peradaban di wilayah Nusantara.

 

B.     RUMUSAN MASALAH

1.  Kenapa Kalimantan disebut sebagai awal peradaban di nusantara?
2.  Bagaimana sistem religi/kepercayaan yang dianut suku Dayak?
3.  Seperti apa sistem kekerabatan di suku Dayak dan adat pernikahan
     sehingga terkenal dengan angka penceraian yang sangat tinggi?
4.      Bagaimana orang suku Dayak bisa memenuhi kehidupannya sedangkan mereka tinggal di sekeliling hutan?
5.      Bagaimana sistem teknologi dan pengetahuan suku Dayak?
6.      Bagaimana sistem kesenian orang suku dayak sehingga memiliki ciri khas yang unik?
7.      Mengapa di Kalimantan memakai tato adalah sebuah hal yang amat penting?

C.    TUJUAN

1.      Sebagai bahan untuk lebih mengenal budaya lokal
2.      Sebagai bahan yang menghasilkan informasi  dan mampu memahami berbagai kebudayaan di Indonesia
3.      Sebagai bahan untuk mempelajari dan menjaga keutuhan suatu kebudayaan



BAB II

PEMBAHASAN

MENGENAL BUDAYA KALIMANTAN

2.1 Sejarah dan pembagian suku di pulau Kalimantan


Seperti yang sudah dijelaskan di depan, bahwa Kalimantan adalah awal dari peradaban di wilayah nusantara karena adanya penemuan Prasasti dari kerajaan tertua Indonesia yaitu kerjaan Kutai yang terletak di Muara Kaman, Kalimantan Timur, tepatnya di hulu sungai Mahakam.Kerajaan Kutai ini didirikan oleh Maharaja Kundungga yang sekaligus sebagai raja pertamanya dan mendapatkan gelar Anumerta Dewawarman. Menurut beberapa ahli sejarah, nama Maharaja Kundungga ditafsirkan sebagai nama asli orang Indonesia yang belum terpengaruh dengan nama budaya Hindu-India.
Baru setelah dirinya turun tahta, pengaruh budaya Hindu-India telah mempengaruhi anak-cucu Kundungga. Hal ini terlihat dari penggunaan kata Warman di belakang nama anak dan cucu Kundungga yang kental dengan bahasa Sansekerta. Kata itu biasanya digunakan untuk akhiran nama-nama masyarakat atau penduduk India bagian Selatan.Kerajaan Kutai meraih masa keemasannya ketika diperintah oleh Mulawarman, anak Aswawarman dan cucu dari Kudungga.
Selain fakta sejarah Kerajaan Kutai, bukti lain yang mengarahkan bahwa peradaban struktur masyarakat di nusantara diawali dari pulau Kalimantan adalah keberadaan Suku bangsa Dayak dan sebagai penghuni asli dan sekaligus tertua di pulau Borneo. Beberapa sumber mengatakan sebelum kerajaan kutai berdiri dan pengaruh budaya Hindu-India, kebanyakan suku dayak mendiami kawasan pesisir Kalimantan (Mikronesia).
Namun seiring migrasi yang didominasi oleh bangsa Austronesia dari daratan Asia menuju ke selatan pada masa tersebut, suku Dayak pun terpinggirkan dan mengasingkan dirinya di pedalaman hutan-hutan tropis Kalimantan. Dewasa ini suku bangsa Dayak terbagi dalam enam rumpun besar, yakni: rumpun Klemantan alias Kalimantan, rumpun Iban, rumpun Apokayan (Dayak Kenyah-Kayan-Bahau), Ot Danum-Ngaju, Murut, dan Punan. Rumpun Dayak Punan merupakan suku Dayak yang paling tua mendiami pulau Kalimantan, sementara rumpun Dayak yang lain merupakan rumpun hasil asimilasi antara Dayak Punan dan kelompok Proto Melayu (moyang Dayak yang berasal dari Yunnan).

2.2  Rumah Adat Suku Dayak


            Rumah Betang adalah rumah adat khas Kalimantan yang terdapat di berbagai penjuru Kalimantan, terutama di daerah hulu sungai yang biasanya menjadi pusat pemukiman orang suku Dayak. Dimana sungai merupakan jalur transportasi utama bagi orang suku Dayak seperti ke ladang untuk bekerja.
            Bentuk dan besar rumah Betang ini bervariasi di berbagai tempat. Ada rumah Betang yang mencapai panjang 150 M dan lebar hingga 30 M. Umumnya rumah Betang di bangun dalam bentuk panggung dengan ketinggian 3 M - 5 M dari tanah, kemungkinan untuk mengindar kejadian yang tidak diinginkan seperti banjir karena pemukimannya terletak di pinggir sungai.
Kolong rumah Betang digunakan untuk bertenun dan menumbuk padi dan dihuni oleh  ±20 kepala keluarga. Pada halaman rumah betang terdapat sapundu, yaitu patung-patung berbentuk manusia dan berfungsi sebagai tempat untuk mengikat hewan yang akan dikurbankan pada acara ritual upacara adat. Selain itu pada beberapa halaman rumah betang juga memiliki patahu yang berfungsi sebagai tempat untuk pemujaan. Sementara di bagian belakang rumah terdapat gudang yang dijadikan sebagai tempat menyimpan senjata tradisional (bawong) yang disebut tukau.
Description: IMG_5389 Description: rumah adat
Description: http://www.realadventures.com/listingimages/1184/1184852/m_1184852j.jpg

       Gambar 2.1 Patung Sapundu                            Gambar 2.2 Rumah Betang
                                               Gambar 2.3 Patahu

Rumah ini dihuni belasan rumah tangga yang terdiri dari 100-150 orang dan setiap ruangan didalam rumah dibatasi oleh sekat-sekat antara lain untuk menyimpan alat-alat perang, kamar untuk pendidikan gadis, tempat sesajian, tempat upacara adat dan agama, tempat penginapan dan ruang tamu. Pada kiri kamam ujung atap dihiasi tombak sebagai penolak mara bahaya.
            Beberapa unit pemukiman bisa memiliki rumah Betang lebih dari satu buah tergantung dari besarnya rumah tangga anggota komunitas hunian tersebut. Mereka hidup bersama dan berkelompok dalam satu rumah secara turun menurun, setiap rumah tangga (keluarga) menempati satu bilik (ruangan) yang di sekat-sekat dari rumah Betang yang besar tersebut, di samping itu pada umumnya suku Dayak juga memiliki rumah-rumah tunggal yang dibangun sementara waktu untuk melakukan aktivitas perladangan, hal ini disebabkan karena jauhnya jarak antara ladang dengan tempat pemukiman penduduk.
            Lebih dari bangunan untuk tempat tinggal suku Dayak, sebenarnya rumah Betang adalah jantung dari struktur sosial kehidupan orang Dayak, karena inilah suku Dayak terkenal dengan nilai-nilai kebersamaan yang mampu menghindari suatu perbedaan, menghargai etnik, agama ataupun latar belakang sosial.      

2.3 Sistem-sistem Yang Terdapat Di Suku Dayak


Dari sekian banyak suku bangsa yang ada di pulau Kalimantan, untuk ini penulis hanya menjelaskan 3 suku bangsa yang terdapat di Kalimantan Tengah yaitu suku Ngaju, Ot-Danum dan Ma’anyan.  
Suku Ngaju bertempat tinggal di sepanjang sungai-sungai besar Kalimantan Tengah, seperti Kapuas, Khayan, dan hulu sungai Malwai.Di daerah aliran sungai suku Ngaju tinggal di sebelah hilirnya.Sedangkan suku Ot-Danum di daerah hulunya. Desa-desa Ot-Danum lebig bersifat eksekutif, sedangkan  Desa-desa ngaju bersifat terbuka dan banyak didatangi penduduk dari luar.
Suku bangsa Ma’anyan hidup tersebar di Kabupaten Barito Selatan, seperti di Patai, Telang, Karau dan dayu. Menurut para ahli antropologi, ketiga suku bangsa dayak tadi berasal dari keturunan yang sama. Hal itu tercermin dari bahasa yang mereka gunakan, yang oleh Hudson disebut keluaga bahasa Barito.Dari ketiga suku bangsa tersebut, yang paling maju ialah suku Ngaju.Dari kalangan mereka banyak orang yang terpelajar dan memegang kekuasaan dalam pemerintahan di Kalimantan Tengah.


2.2.1    Sistem Religi/ Kepercayaan


            Sistem religi suku bangsa Dayak di Kalimantan Tengah terbagi ke dalam empat golongan, yaitu Penganut agama Islam, Kristen, Katolik, dan penganut agama pribumi, agama asli dari suku Dayak ialah Kaharingan (air kehidupan). Dalam mitologi kuno masyarakat Dayak, air kehidupan itulah yang memberi kehidupan kepada manusia.Kepercayaan pemeluk agama Kaharingan, Kaharingan tidak dimulai sejak zaman dulu tertentu namun sejak awal penciptaan.Sejak tuhan yang disebut Ranying Hatalla (penyebutan jepang) menciptakan manusia. Ranying berarti Maha Tunggal, Maha Agung, Maha Mulia, Maha Jujur, Maha Suci, dan Hatalla berarti Maha Pencipta.
            Orang-orang Dayak yang menganut Kaharingan mempercayai bahwa alam semesta itu penuh dengan makhluk-makhluk halus dan roh-roh(Ngaju ganan) yang menempati batu-batu besar, pohon-pohon besar, hutan belukar, sungai, danau, dan sebagainya. Berdasarkan tempat tinggalnya, ganan (roh halus) mempunyai sebutan tersendiri da nada dua golongan, yaitu roh baik (ngaju sangaiang,nayu-nayu) dan roh jahat (ngaju taloh, kembe). Selain ganan makhluk halus yang dianggap memiliki peranan penting dalam kehidupan orang Dayak, yaitu roh nenek moyang (ngajua, Liau)
            Pemerintah Indonesia memberikan pernyataan untuk setiap penduduk dan warga negaranya harus memilih dan menganut salah satu agama yang diakui oleh Negara Republik Indonesia.Oleh sebab itu kepercayaan Karingan dimasukkan ke kategori agama Hindu sejak April 1980.Karena adanya persamaan dalam melaksanakan ritual untuk korban (sesaji) yang dalam agama Hindu disebut Yadnya.
Sementara pada masa Orde Baru, para penganutnya berintegrasi dengan Hindu, menjadi Hindu Kaharingan.Pemilihan integrasi ke Hindu ini bukan karena kesamaan ritualnya.Tapi dikarenakan Hindu adalah agama tertua diKalimantan.Lambat laun, Kaharingan mempunyai tempat ibadah yang dinamakan Balai Basarah atau BALAI KAHARINGAN. Kitab suci agama mereka adalah panaturan dan buku-buku agama lain, seperti Talatah Basarah (Kumpulan Doa), Tawar (petunjuk tatacara meminta pertolongan Tuhan dengan upacara menabur beras), dan sebagainya.
Dewasa ini, suku Dayak sudah diperbolehkan mencantumkan agama Kaharingan dalam Kartu Tanda Penduduk.Dengan demikian, suku Dayak yang melakukan upacara perkawinan menurut adat Kaharingan, diakui pula pencatatan perkawinan tersebut oleh negara.
            Menurut kepercayaan orang Dayak, jiwa (hamburan) orang mati menin-ggalkan jasadnya sebagai liau dan menempati alam tempat tinggal manusia.Liau itu akan kembali kepada dewa tertinggi yang disebut Ranying. Namun, prosesnya sangat lama dan melalui macam-macam tantangan dan ujian, sehingga akhirnya masuk ke dunia roh yang disebut lewu liau.
Dalam syair-syair suci suku bangsa Ngaju dunia roh disebut negeri raja yang berpasir emas. Upacara adat dalam masyarakat Dayak meliputi:
1. Upacara pembakaran mayat,
2. Upacara menyambut kelahiran anak, dan
3.Upacara penguburan mayat.
Apa bila ada orang Dayak meninggal, maka mayatnya dikubur dahulu dalam sebuah peti yang terbuat dari kayu  (berbentuk perahu lesung). Kuburan ini bersifat sementara, karena upacara yang terpenting ialah pembakaran mayat yang dilakukan secara besar-besaran, yang menurut orang Ngaju disebut tiwah. Pada upacara ini tulang-belulang terutama tengkorak orang yang telah meninggal pada masa lalu digali lagi dan dipindahkan ke suatu tempat pemakaman yang tetap, sebuah bangunan berukiran indah, disebut sandung.
Description: hiburan dan seni-budaya-ngaben-masal-10,Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg7zyJ7j2GcOkox6LfDOfrbEPZXX9Ygn8fEY4_4_6uIHNQ79kDuHqTuB1h7_msSiS6m08TDw7JG54wogqH7G1sdWnUrvNF0oUeMO4YSkwRtTYVAdHGarR35cwT1t5smWUA97kWIdgXQ1To/s1600/Tiwah230510.jpg Description: http://bimg.antaranews.com/kalteng/2012/12/ori/tiwah.jpg


              Gambar 2.4 proses perayaan tiwah                           Gambar 2.5 penggalian mayat
Gambar 2.6 Pembakaran mayat       
Pada orang Ma’anyan, tulang belulang tadi dibakar dan abunya ditempatkan di tempat pemakamam tetap, yang disebut tambak.Semua sanak keluarga dan tetangga datang mengikuti kegiatan upacara pembakaran dan penguburan abu jenazah tersebut.Upacara tersebut dinamakan upacara tiwah yang banyak memerlukan biaya karena dilakukan tujuh-delapan tahun sekali.Selain makanan dan minuman berlimpah, ditampilkan pula tarian suci dan upacara yang dipimpin oleh ahli agama, disebut balian. Orang-orang Dayak juga mengenal upacara keagamaan yang bersifat  khusus, seperti upacara menanam dan memanen tanaman, upacara keluarga, upacara mengusir hama tanaman, dan sebagainya. Upacara ini pun dipimpin oleh seorang balian.
Dayak juga terkenal dengan dunia Supranatural yang sudah ada sejak zaman dahulu yang merupakan ciri khas kebudayaan Dayak, karena supranatural ini pula orang luar negeri sana menyebut suku Dayak sebagai Pemakan manusia (Kanibal). Namun pada kenyataannya suku Dayak adalah suku yang sangat cinta damai asal merek tidak di  ganggu dan ditindas semena-mena. Kekuatan supranatural Dayak Kalimantan banyak jenisnya, contohnya:
1.      ManajahAntang
Merupakan cara suku Dayak untuk mencari petunjuk seperti mencari keberadaan musuh yang sulit ditemukan dari arwah para leluhur dengan burung Antang. Dimanapun musuh yang dicari pasti akan ditemukan.
Description: imagesss 
Gambar 2.7 Manajah Antang
2.       MangkokMerah
Merupakan media persatuan suku Dayak. Mangkok merah beredar jika orang Dayak merasa kedaulatan mereka dalam bahaya besar. “Panglima” atau sering suku Dayak sebut Pangkalima biasanya mengeluarkan isyarat siaga atau perang berupa mangkong merah yang di edarkan dari kampung ke kampung scara cepat sekali. Dari penampilan sehari-hari banyak orang Dayak tidak tahu siapa panglima Dayak itu, orangnya biasa-biasa saja, hanya saja mempunyai kekuatan supranatural yang luar biasa. Percaya atau tidak panglima itu mempunyai ilmu bisa terbang, kenal dari apa saja seperti peluru, senjata tajam dan sebagainya. Mangkok merah terbuat dari teras bambu (ada yang mengatakan terbuat dari tanah liat) yang didesain dalam bentuk bundar segera dibuat. Untuk menyertai mangkok ini disediakan juga perlengkapan lainnya seperti ubi jerangau merah yang melambangkan keberanian (ada yang mengatakan bisa diganti dengan beras kuning). Bulu ayam merah untuk terbang, lampu obor dari bambu untuk suluh (ada yang mengatakan bisa diganti dengan korek api), daun rumbia untuk tempat beteduh dan tali sampul dari kulit kepuak sebagai
Description: mgkok

lambing persatuan. Perlengkapan tadi di kemas dalam mangkok dari bambu itu dan dibungkus dengan kain warna merah.
      Gambar 2.8 Mangkok Merah

2.2.2    Sistem Bahasa

            Dalam kehidupan sehari-hari suku Dayak menggunakan dua jenis bahasa yaitu bahasa pengantar dan bahasa sehari-hari atau bahasa daerah.Untuk bahasa pengantar umumnya suku Dayak menggunakan yaitu bahasa kesatuan bahasa Indonesia, bahasa pengantar ini biasanya digunakan di pemerintahan dan pendidikan.
Bahasa sehari-hari atau bahasa daerah digunakan dalam lingkungan keluarga dan tempat tinggal, tidak digunakan secara resmi sebagai bahsa pengantar di pemerintahan maupun di pendidikan.Suku bangsa dayak sendiri terdiri atas beberapa sub-suku bangsa. Bahasa Dayak Ngaju adalah bahasa dayak yang paling luas digunakan di Kalimantan Tengah, terutama didaerah sungai Kahayan dan Kapuas, bahasa Dayak Ngaju juga terbagi lagi dalam berbagai dialeg seperti seperti bahasa Dayak Katingan dan Rungan. Selain itu bahasa selain itu bahasa Ma’anyan dan Ot’danum juga banyak digunakan. Bahasa Ma’anyan banyak digunakan didaerah aliran sungai Barito dan sekitarnya sedangkan bahasa Ot’danum banyak digunakan oleh suku dayak Ot’danum di hulu sungai Kahayan dan Bahasa Barito timur bagian Tengah-Selatan bagian Tengah.

2.2.3    Sistem Kekerabatan

Sistem kekerabatan suku Dayak ialah ambilineal, yaitu mengikuti garis keturunan dari laki-laki dan perempuan.Pada masa lalu, kelompok kekerabatan yang terpenting ialah keluarga ambilineal kecil.Bentuk keluarga ini timbul jika terjadi keluarga-luas ultralokal.Keluarga timbul jika sebagian dari anak laki-laki maupun perempuan setelah menikah tinggal dirumah orang tuanya, sehingga terbentuklah keluarga-luas ultralokal.Kelompok kekerabatan yang terpenting bagi orang Dayak ialah keluarga-luas ultralokal.Rumah tangga ini berlaku sebagai satu kesatuan sosial dan keagamaan, seperti gotong royong, bekerjasama dan saling menolong.Selain itu, juga sebagai satu kesatuan rohaniah dalam upacara keagamaan.Setiap rumah tangga kaharingan mempunyai pantangan terhadapat makanan khusus, yang wajib ditaati oleh anggotanya.


Bentuk kehidupan keluarga:
1.      Keluarga batih (nuclear family), wali/asbah  yaitu mewakili keluarga dalam kegiatan sosial dan politik di lingkungan dan di luar keluarga adalah anak laki-laki tertua.
2.      Keluarga luar (extand family), wali/asbah, yaitu saudara laki-laki ayah dan saudara laki-laki ibu
Adat perkawinan dalam masyarakat dayak yang dianggap ideal (endogami) perkawinan diantara dua saudara sepupu yang kakek-kakeknya saudara kandung, disebut perkawinan hajenan. Selain itu, yang dianggap baik ialah perkawinan di antara dua orang saudara sepupu yang ibu-ibunya bersaudara sekandung dan di antara cross-cousin, yaitu anak-anak saudara laki-laki ibu, atau anak-anak saudara perempuan ayah.Perkawinan yang dianggap kurang baik ialah perkawinan antara saudara sepupu yang ayah-ayahnya bersaudara sekandung.Pola kehidupan orang Dayak setelah menikah yaitu pola matrilokal, dimana suami menikuti pihak keluarga istri dan pola neolokal, terpisah dari keluarga kedua belh pihak.Ketika Huma Betang (long house) masih dipertahankan keluarga baru harus menambah bilik pada sisi kanan atau sisi kiri huma betang sebagai tempat tinggal mereka.
Tanggung jawab keluarga dalam suatu rumah tangga adalah ayah dan ibu, yaitu ayah akan bertanggung jawab pada masalah-masalah yang ada di luar rumah, misalnya ke ladang, gotong royong dan sebagainya. Sedangkan ibu bertanggung jawab pada masalah-masalah yang berhubungan dengan keadaan di dalam rumah.Dari sinilah jelas dapat dilihat bahwa masyarakat suku Dayaj telah mengenal sistem pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan.
Pada masyarakat Dayak, hubungan seksual antara seorang mamak (paman) dengan kemenakan dianggap tercela, sehingga perlu dilakukan upacara peleburan dosa.Kedua orang yang melanggar tadi diwajibkan makan dari dulang, tempat makan babi sambil merangkak di hadapan warga yan sengaja diundang.Pelanggaran tersebut menurut kepercayaan orang Dayak dapat menimbulkan bencana tidak hanya pada keluarganya, tetapi juga bagi seluruh warga desanya.
Orang-orang Dayak tidak melarang gadis-gadis mereka menikah dengan laki-laki dari suku lain, asalkan pihak laki-laki bersedia bertempat tinggal di keluarga istrinya.Pergaulan diantara muda-mudi orang Dayak bersifat bebas dalam batas-batas tertentu. Seorang laki-laki yang berduaan dengan perempuan yang bukan istrinya di tempat yang sepi akan didenda (disinger dalam adat Dayak). Seorang pemuda boleh pergi berduaan dengan seorang gadis asalkan disertai oleh bibi dan pamannya.
Demikian pula seorang laki-laki dewasa boleh bercakap-cakap dengan istri orang lain asal ada pihak ketiga yang menjadi saksinya. Perkawinan orang Dayak bersifat monogami.Adat kaharingan sebenarnya tidak melarang seorang laki-laki beristri lebih dari satu (poligami).Namun, hal itu tidak bnyak dilakukan oleh laki-laki Dayak karena biaya untuk membayar ganti rugi bagi istri pertamanya sangat besar dan memberatkan. Untuk kawin lagi pihak laki-laki lebih memilih menceraikan istrinya, kemudian kawin lagi dengan perempuan lain. Itulah sebabnya, tingkat penceraian di masyarakat Dayak sangat tinggi.

 

2.2.4   Sistem Ekonomi dan Mata Pencaharian

Sistem ekonomi bagi orang Dayak khususnya di Kalimantan Tengah terdiri dari empat macam yaitu; berladang, berburu, mencari hasil hutan dan ikan, mengayam(kesenian). Pulau  Kalimantan masih di kelilingi dan di penuhi hutan jadi tidak heran lagi jika orang Dayak menggantungkan hidupnya dari hasil hutan tersebut. Selain itu hutan telah menjadi kawasan habitat mereka secara turun temurun bahkan hutan adalah bagian dari hidup mereka secara holistic dan mentradisi hingga kini, secara de fakto mereka telah menguasai kawasan itu dan dari hutan tersebut mereka memperoleh sumber-sumber kehidupan pokok.
  Orang Dayak Dalam berladang mereka mengembangkan suatu sistem kerja sama dengan cara membentuk kelompok gotong royong yang biasanya berdasarkan hubungan tetanggaan atau persahabatan. Masing-masing kelompok terdiri dari 12-15 orang yang secara giliran membuka hutan bagi-bagi ladang masing-masing anggota.Apabila kekurangan tenaga kerja laki-laki maka kaum wanita dapat menggantikan pekerjaan kasar itu, misalnya membuka hutan, menebang pohon-pohon dan membersihkan semak-semak.
Di ladang kebanyakan orang Dayak menanam durian dan pinang. Selain padi mereka juga menanam ubi kayu, nanas, pisang, cabai dan buah-buahan.Dan juga berburu rusa untuk makanan sehari-hari.
Bulan februari dan maret adalah bulan panen.Orang Dayak sebelum membuka ladang baru, terlebih dahulu harus melihat tanda-tanda alam seperti bintang dan sebagainya serta memperhatikan alamat-alamat yang diberikan oleh burung-burung atau binatang-binatang liar tertentu.Jika tanda-tanda ini tidak dihiraukan maka bencana kelaparan akibat gagalnya panen menimpa seluruh desa.

2.2.5    Sistem Peralatan dan Perlangkapan Hidup

Banyak dari alat-alat perlengkapan hidup yang dimiliki oleh suku Dayak yang mempunyai fungsi dan kegunaan lebih dari satu atau multifungsi.Suku Dayak sudah menggunakan alat-alat yang sudah sedikit maju (berkembang). Alat-alat yang digunakan suku Dayak yaitu:
1.      Sipet/Sumpitan,
Merupakan senjata utama suku dayak senjata yang digunakan untuk berburu maupun dalam pertempuranterbuka atau sebagai senjata rahasia untuk pem-bunuhan diam diam. Penggunaan sumpit yaitu dengan cara ditiup. Dari segi penggunaannya sumpit atau sipet ini memiliki keunggulan tersendiri karena dapat digunakan sebagai senjata jarak jauh dan tidak merusak alam karena bahan pembuatannya yang alami. Dan salah satu kelebihan dari sumpit atau sipet ini memiliki akurasi tembak yang dapat mencapai 200 meter. Dewasa ini fungsi sipet bukan lagi untuk berburu atau beperang melainkan menjadi salah satu ajang olahraga atau perlombaan bagi suku Dayak.  Sipet berbentuk bulat dan berdiameter 2-3 cm, panjang 1,5 – 2,5 m, di tengah- tengahnya berlubang dengan diameter lubang ¼ – ¾ cm yang digunakan untuk memasukan anak
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiyML5TEt4XiXdvOO32ZLm-V6HCbxc30IR5agpSaL8m0UbzjW0VeWETTiyN1DtxPgSaiHW-Dd4p43B2YYl0ttFlHORr0QNrSUQbZ1f6mz08xPCuhLhT8O8DzZcOwIkndGiB0Ws6grMQdbQ/s320/sipet-atau-sumpit-dayak.jpg

sumpitan (Damek). Ujung atas ada tombak yang terbuat dari batu gunung yang diikat dengan rotan dan telah di anyam. Anak sumpit disebut damek, dan

telep adalah tempat anak sumpitan.
        Gambar 2.9 Telep          Gambar 2.10 cara orang suku dayak melakukan serangan
2.     
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhj8eB2xFSje8L4UfRSQ34zogigDAMOxDgjVI2R8SavRRpLlkRPKLdwmSHsx68Pc3CvKxidAqAVh_yKuNwgQuDe5bx9D8F9UweIIgnFd3cfVAUogcr4lPfzoWohRCd0c79qs5L-kze5xR8/s1600/1884.18.4.jpg

Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhodTaF733g2YdCcFicysYzr4-3SEtsvqPXguDrKhw8rz7FU5097m6H2cFf5vNNGsPdYU0o4BCQfV2zQwN4msz9oxFQmPLmureMjrIRXhyvy6Ne9b20qSPmdWoHcfYZmwlrtCAVCxfOzO8/s1600/1889816_tombakdayak.jpgLonjo/Tombak
dibuat dari besi dan dipasang atau diikat dengan anyaman rotan dan bertangkai dari bambu atau kayu keras.
Gambar 2.11 Tombak

3.      Description: http://mastri.staff.ugm.ac.id/wisatapedia/files/3313/5308/8683/Mandau.jpgMandau
Merupakan senjata utama dan merupakan senjata turun temurun yang dianggap keramat. Bentuknya panjang dan selalu ada tanda ukiran baik dalam bentuk tatahan maupun hanya ukiran biasa. Mandau dibuat dari batu gunung, ditatah, diukir dengan emas/perak/tembaga dan dihiasi dengan bulu burung atau rambut manusia. Mandau mempunyai nama asli yang disebut “Mandau Ambang Birang Bitang Pono Ajun Kajau”, merupakan barang yang mempunyai nilai religius, karena dirawat dengan baik oleh pemiliknya. Batu-batuan yang sering dipakai sebagai bahan dasar pembuatan Mandau dimasa yang telah lalu yaitu: Batu Sanaman Mantikei, Batu Mujat atau batu Tengger, Batu Montalat.            
                              
Gambar 2.12 Mandau, senjata utama suku Dayak

                                                                                                                                                       
4.      Telawang/Perisai.
Talawang terbuat dari bahan kayu yang ringan tetapi kuat. Bentuknya segi enam memanjang dengan ukuran panjang kurang lebih 1 meter dan lebarnya kurang lebih 0,5 meter dengan perkiraan dapat menutupi dada manusia guna menangkis mandau atau tombak musuh apabila terjadi perkelahian dalam perang. Keseluruhan bidang depan talawang biasanya diukir bentuk topeng (hudo), lidah api, dan pilin ganda. Selain sebagai pelengkap alat pertahanan diri, perisai juga digunakan sebagai pelengkap dalam tari-tarian.
Description: http://budaya-indonesia.org/f/4121/quicchote_talawang_interior.JPG Description: http://budaya-indonesia.org/f/4123/quicchote_talawang_kriya.JPG

Biasanya talawang dihiasi dengan ukir-ukiran khas Dayak, sehingga banyak pula dekorasi produk desain interior rumah dan bagian-bagian arsitektural dari kriya seni ukir Dayak Kalimantan Tengah yang menggambarkan Talawang ini.
   Gambar 2.13 Perisai (Telawang)
5.      Dohong
Senjata ini semacam keris tetapi lebih besar dan tajam sebelah menyebelah. Hulunya terbuat dari tanduk dan sarungnya dari kayu. Senjata ini hanya boleh dipakai oleh kepala-kepala suku, Demang, Basir.
 
Gambar 2.14 Dohong

2.2.6    Sistem Teknologi Dan Pengetahuan

1.      Dalam berpakaian dulu orang suku Dayak sering menggunakan ewah (cawat) untuk pakaian asli laki-laki Dayak yang terbuat dari kulit kayu dan Kaum wanita memakai sarung dan baju yang terbuat dari kulit kayu, sedangkan pada masa sekarang orang Dayak di Kalimantan Tengah Sudah berpakaian legkap seperti : laki-laki memakai hem dan celana dan kaum wanita memakai sarung dan kebaya atau bagi anak muda memakai rok potongan Eropa.
2.      Zaman dulu para wanita sering menggunakan anting yang banyak agar semakin panjangnya daun telinga semakin cantik wanita tersebut, para lelakinya sering menggunakan tato bahwa semakin banyaknya tato ditubuh lelaki tersebut maka ia akan terlihat gagah dan ganteng.
3.      Terkadang mereka sering menggunakan bahasa inggris untuk komunikasi tetapi masih bersifat pasif.
4.      Menggandalkan atau menggunakan rasi bintang untuk mengetahui apakah cocok untuk bertanam atau berladang.


2.2.7    Sistem Kesenian

Orang Dayak walaupun dalam kehidupan yang agak sederhana, ternyata sangat gemar akan kesenian. Kesenian yang di miliki oleh orang Dayak berupa (a) tari; (b) suara; (c) ukir; (d) seni lukis. Berikut uraiannya:
a.       Seni  Tari
Dalam seni tari dayak, dikenal beragam tari Dayak dengan gerakan yang eksotik dan memukau. Lewat gerakan para penari Dayak yang biasanya diiringi dengan tetabuhan yang khas, unsur ritmis yang berpadu serasi menjadi sebuah seni penuh makna. Jenis-jenis tari Dayak yang cukup sering ditampilkan di depan umum di antaranya:

1. Tari Gantar 
Tarian yang menggambarkan gerakan orang menanam padi.Tongkat menggambarkan kayu penumbuk sedangkan bambu serta biji-bijian didalamnya menggambarkan benih padi dan wadahnya.Tarian ini cukup terkenal dan sering disajikan dalam penyambutan tamu dan acara-acara lainnya.Tari ini tidak hanya dikenal oleh suku Dayak Tunjung namun juga dikenal oleh suku Dayak Benuaq.Tarian ini dapat dibagi dalam tiga versi yaitu tari Gantar Rayatn, Gantar Busai dan Gantar Senak/Gantar Kusak.
2. Tari Jarangkang Bango 
Tarian ini merupakan tari kreasi baru yang diadaptasi dari tarian suku Dayak di pedalaman Kalimantan Tengah dengan nama yang sama. Di daerah tersebut, tarian ini biasanya dimainkan oleh anak-anak.Jarangkong Bango merupakan perangkat tari berupa benda yang dibuat dari batok kelapa yang dibelah dua, kemudian dilubangi untuk mengaitkan tali pegangan.Perangkat ini kemudian digunakan oleh para penari sebagai properti utama tarian ini.Tarian ini menunjukkan sebuah kebersamaan dan kekompakkan serta solidaritas anak-anak suku Dayaj dalam hidup bermasyarakat.

3.   Tari Wadian Amun Rahu
Tarian ini bersifat sacral, magis, dan religious.Tari yang biasa dimainkan oleh kaum perempuan ini pada masa lampau dimaknai sebagai prosesi adat untuk menghantarkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, setelah selesai panen padi.Wadian memiliki arti yaitu basir, pemimpin ritual keagamaan, dukun dan tabib. Wadian juga berarti proses pekerjaan ritual, tarian magis yang bertujuan untuk pengobatan. Ciri khas tarian ini adalah penarinya memakai gelang besar pada tangan mereka.

4.   Tari Gelang Dadas dan Gelang Bawo (Iruang Wandrung)
Merupakan rampak selaras dua gerak tari yang disatukan yaitu Wadian Dadas dan Wadian Bawo dan kemudian disebut Tari Iruan Wandrung.Tarian Dadas dilakukan oleh penari wanita, sedangkan Gelang Bawo ditarikan oleh penari pria.Dengan iringan perpaduan musik tradisional yang energik tarian ini pada jaman dulu berfungsi sebagai tarian untuk menghantar syukuran kepada Yang Maha Kuasa karena keberhasilan dalam seluruh aspek kehidupan Suku Dayak.

5.   TariGiring-Giring
Tari giring-giring awalnya adalah tarian yang berasal dari daerah DAS Barito, Kalimantan Tengah.Tari giring-giring biasa dipertunjukkan dengan perangkat musik dari bambu yang berbunyi jika digetarkan.Alat musik ini disebut Ganggereng dan dimainkan bersama sebuah tongkat yang disebut Gantar.Tari ini biasa ditampilkan pada acara-acara adat sebagai perwujudan perasaan suka cita warga terutama pada saat menyambut tamu-tamu kehormatan.Dalam perkembangan, gerak dan ragam giring-giring telah mengalami banyak pengembangan dengan tidak meninggal kaidah dan teknik dasar tarinya.

6.   Tari Rantak Kipas Gempita
Tarian ini menggambarkan semangat generasi muda dalam meningkatkan  rasa persatuan dan kesatuan. Kemajemukan sosial dan budaya dalam diri para pemuda yang menuntut ilmu di Bumi Tambun Bungai bukanlah suatu hambatan dalam mewujudkan cita-cita bersama unutk memajukan daerah.Disbanding konsep awalnya, sajian tarian ini telah mengalami pengem-bangan ragam gerak dengan tidak meninggalkan kaidah dan teknik dasarnya.Tarian ini dimainkan dengan lincah dan gembira, sebagai manifestasi dari semangat yang dimiliki oleh generasi muda dalam upayaikut serta dalam membangun masyarakat, bangsa dan negara.

b.      Seni Suara
Seni musik memegang peranan penting dalam hidup keseharian Suku Dayak, terlebih dimasa dahulu.Pewarisan budaya yang lebih dikenal dengan istilah Tetek Tanum, terkadang menggunakan kecapi sebagai sarana. Tetek Tanum adalah cara bercerita dengan kalimat berirama tentang asal usulnenek moyang, sejarah masa lalu suku, tentang kepahlawanan padagenerasi penerus.Dalam setiap upacara adat, pesta pernikahan, acara kematian, suara musik dalam bentuk Gandang Garantung. Musik Gandang Garantung adalahgabungan dari suara beberapa alat musik yaitu buah gandang atau kendang yang dimainkan oleh satu orang. Garantung atau gong berjumlah lima buah. Berikut macam-macam lagu suku Dayak:

1.   Mansana Kayau
Merupakan kisah kepahlawanan yang dilagukan kembali.Biasanya dinyanyikan bersahut-sahut antara dua sampai empat orang baik perem-puan maupun laki-laki.

2.   Mansana Kayau Pulang
Merupakan kisah yang dinyanyikanpada waktu malam sebelum tidur oleh orang tua kepada anak dan cucunya dengan aksud membakar semangat anak turunannya untuk membalas dendam kapada Tambun Baputi yang telah membunuh nenek moyang mereka.

3.   Mohing Asang
Merupakan nyanyian perang.Bila pangkalima telah membunyikan Selen-tak tujuh kali kemudian tedengar nyanyian Mohing Asang, itu berarti suatu perintah untuk maju.

4.   Ngendau
Merupakan senda gurau yang dilagukan.Biasanya dilakukan oleh para remaja laki-laki ataupun perempuan dan bersahut-sahutan.

5.   Kalalai-lalai
Merupakan nyanyian yang disertai tari-tarian suku Dayak Mama di daerah Kotawaringin

6.   Natum
Merupakan kisah sejarah masa lalu yang dilagukan

7.   Natum Pangpangal
Merupakan ratap tangis kesedihan pada saat terjadi kematian anggota keluarga yang dilagukan.

8.   Karungut
Merupakan  sejenis pantun yang dilagukan. Dalam berbagai acarakarungut sering dilatunkan, misalnya pada acara penyambutan tamu yangdihormati.Salah satu ekspresi kegembiraan dan rasa bahagia diungkapkandalam bentuk karungut.Terkadang ditemukan perulangan kata pada akhirkalimat namun terkadang juga tidak. Untuk mengamati cara tutur orangDayak dalam mengekspresikan perasaan mereka, maka terjemahan dalamBahasa Indonesia dibuat dalam sebagaimana adanya kata per kata.

b.1 Alat Musik Instrumen
1.Garantung
Merupakan alat musik tradisional sejenis Gong. Alat musik inilah yang paling banyak digunakan oleh masyarakat Kalimantan Tengah khususnya Suku Dayak. Ada juga yang menyebut alat musik ini dengan sebutan Agung.

2.Salung
Merupakan alat musik jenis pukul yang terbuat dari bambu atau kayu. Nada yang dihasilkan alat musik salung ini adalah nada do, re, mi, sol, dan la.

3.Gandang
Merupakan alat musik gendang. Gendang yang satu ini adalah gendang yang ukurannya besar. Bahkan panjangnya bisa mencapai 1 sampai 2 meter dengan diamater sekitar 40 cm. Biasanya alat musik jenis ini digunakan untuk upacara-upacara adat di Kalimantan tengah.

4.Katambung
Merupakan alat musik sejenis perkusi gendang yang memiliki panjang hingga 75 cm. Alat musik ini dibuat dari kayu ulin kemudian ada balutan kulit ikan buntal yang dikeringkan untuk diregangkan di bagian sisinya sebagai bagian yang nantinya dipukul dalam memainkannya. Diamater kulit ikan buntal yang dikeringkan kemudian dijadikan bagian dari Katambung ini biasanya berukuran hingga 10 cm.
5.Guriding
Alat musik tradisional Kalimantan Tengah yang satu ini lebih unik dari yang lain. Karena alat musik yang satu ini terbuat dari sejenis tumbuhan hutan yang biasa disebut suku dayak berasal pelepah tua Pohon Joko. Ditengahnya seakan-akan terdapat lidah dan ujungnya dibuat runcing sehingga berbunyi ketika dipukul.
6.Kangkanong Humbang
Alat musik ini sejenis alat musik yang dibuat dari bambu yang dirakit dari beberapa batang bambu kemudian dipukul sehingga menghasilkan bunyi.

c.       Seni  Ukir
Kesenian dalam bentuk ukir yang memiliki khas dan corak unik yang mempunyai nama dan makna tersendiri setiap ukirannya. Hal ini bisa dilihat dari topeng, perisai (talawang) seni ukir yang menggambarkan wajah jin yang seram, bangunan sanding (tempatMenyimpan tulang belulang), hulu dan sarung mandau, patung sapundu dan sebagainya. Orang Dayak dikenal pandai membuat kerajinan tangan berupa anyaman kulit rotan, seperti tikar, keranjang, dan topi. Mengayam merupakan pekerjaan wanita. Hasilnya mereka jual ke pasar. Kerajinan tangan pahat atau patung adalah salah satu bentuk kekayaan dari Kalimantan Tengah. Rumah-rumah mereka terbuat dari kayu ukiran yang cara pembuatannya masih kasar.
           
d.      Seni Lukis
            kesenian dalam bentuk seni lukis masyarakat Dayak yang paling terkenal yaitu berupa seni lukis seluruh badan manusia atau disebut tato dengan menggunakan alat yang disebut “Tutang atau Cacah” yang dilakukan sangat teliti dan hati-hati.
            Tato memang sudah menjadi tren di dunia luar sana, jadi simbol kebebasan memodif diri dan tubuh, tapi di Negara Indonesia tato sudah ada sejak zaman dahulu. Salah satunya di pulau Kalimantan, disana tato mempunyai nilai dan arti yang mendalam. Suku Dayak dalam membuat tato tidak boleh di buat dengan sesuka hati sebab ia adalah sebahagian dari tradisi, status sosial seseorang dalam masyarakat, religi, serta sebagai bentuk penghargaan suku terhadap kemampuan seseorang. Oleh karena itu, ada peraturan tertentu dalam pembuatan tato baik pilihan gambarnya, struktur sosial seseorang yang memakai tato maupun penempatan tatonya.
            Meskipun demikian, secara realitasnya tato meiliki makna sama dalam masyarakat Dayak, yakni sebagai “obor” dalam perjalanan seseorang menuju alam keabadian setelah kematian. Bagi suku Dayak yang tinggal di sekitar Kalimantan dan Sarawak Malaysia, tato disekitar jari tangan menunjukkan orang tersebut suku yang suka menolong seperti ahli pengobatan.Semakin banyak tato ditangannya, menunjukkan orang itu semakin banyak menolong dan semakin arif dalam ilmu pengobatan.Banyaknya tato menggambarkan orang tersebut sudah kuat mengembara.
            Setiap kampung memiliki motif tato yang berbeda, banyaknya tato menandakan pemiliknya sudah mengunjungi banyak kampung.Berbeda pula dengan golongan bangsawan yang memakai tato, motif yang lazim untuk kalangan bangsawan adalah burung enggang yakni burung endemik Kaliman-tan yang dikeramatkan.Ada pula tato yang dibuat di bagian paha.Bagi perempuan Dayak memiliki tato di bagian paha status sosialnya sangat tinggi dan biasanya dilengkapi gelang di bahagian bawah betis.Motif tato di bagian paha biasanya juga menyerupai symbol tato berbentuk muka harimau.Perbedaannya dengan tato di tangan, ada garis melintang pada betis yang dinamakan nag klinge.
            Tato sangat jarang ditemui dibagian lutut.Meskipun demikian, ada juga tato dibagian lutut pada laki-laki dan perempuan yang biasanya dibuat pada bagian akhir pembuatan tato badan.Tato yang dibuat diatas lutut dan melingkar hingga ke betis menyerupai ular, sebenarnya anjing jadi-jadian atau disebut tuang buvong asu.
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEghlEDEc0ryxpxl6ZUEva956aPv-ZxPHFUoN8HG-U86oX56BVEpQUVc5nnTOJuJoBK1Qku2XV7e3n7gdfuT70M0kTFMllRyWk-V7Gje-TZExoULkNoFgbEuGEtCGyronjqveNQst6SeIMEI/s320/tatto_hand_1.jpg

Description: http://citizenimages.kompas.com/image/preview/aW1hZ2VzL2Jsb2cvYmxvZ18xMzI1NTY0MzQ5X1NBSjJiWU9LXzAuanBn.jpg

          Gambar 2.15 Tato Tangan                     
                     Gambar 2.16 Tato tuang buvong asu


BAB III

PENUTUP

A.    KESIMPULAN


Indonesia merupakan negara yang kaya akan seni dan budayanya. Tidak bisa dipungkiri, bahwa kebudayaan daerah merupakan faktor utama berdirinya kebudayaan yang lebih global, yang bisa disebut dengan kebudayaan nasional.
Salah satu kekayaan Negara Indonesia adalah Kalimantan. Kalimantan dinobatkan sebagai awal peradaban di nusantara, karena memiliki sejarah yang panjang dan sebagai tempat berdirinya kerajaan tertua di indonesia yaitu kerajaan kutai. Awal peradaban budaya di Kalimantan di tunjukkan dengan ditemukannya sebuah Prasasti (tugu batu).
            Kebanyakan dari suku Dayak memilih tinggal di aliran sungai baik itu dari hulu maupun hilir. Mereka membangun rumah di tepi sungai yang berbentuk memanjang atau sering disebut rumah khas adat Kalimantan yaitu Rumah Betang yang memiliki panjang 150 M dan lebar hingga 30 M dan tinggi 3 M - 5 M dari tanah. Tingginya bangunan tersebut diperkirakan untuk menghindari datangnya banjir pada musim penghujan yang mengancam daerah-daerah di hulu sungai.
            Rumah Betang ini mampu memberi hunian ±20 kepala keluarga, karena suku Dayak menganut sistem kekerabatan yang ambilineal, yaitu mengikuti garis keturunan dari laki-laki dan perempuan. Keluarga timbul jika sebagian dari anak laki-laki maupun perempuan setelah menikah tinggal dirumah orang tuanya, sehingga terbentuklah keluarga-luas ultralokal. Rumah tangga ini berlaku sebagai satu kesatuan sosial dan keagamaan, seperti gotong royong, bekerjasama dan saling menolong.
  Dengan terbentuknya satu kesatuan seperti gotong royong masyarakat suku Dayak mengembangkan suatu sistem kerja sama dalam berladang. Biasanya berdasarkan hubungan tetanggaan atau persahabatan. Masing-masing kelompok terdiri dari 12-15 orang yang secara giliran membuka hutan bagi-bagi ladang masing-masing anggota.Apabila kekurangan tenaga kerja laki-laki maka kaum wanita dapat menggantikan pekerjaan kasar itu, misalnya membuka hutan, menebang pohon-pohon dan membersihkan semak-semak.
Sebelum membuka ladang baru, suku Dayak terlebih dahulu harus melihat tanda-tanda alam seperti bintang dan sebagainya serta memperhatikan alamat-alamat yang diberikan oleh burung-burung atau binatan-binatang liar tertentu.Jika tanda-tanda ini tidak dihiraukan maka bencana kelaparan akibat gagalnya panen menimpa seluruh desa. Bukan dalam sistem mata pencaharian saja suku Dayak menerapkan hal-hal yang mistis dalam sistem kepercayaan/religi mereka juga menganggap bahwa alam semesta itu penuh dengan makhluk-makhluk halus dan roh-roh (ngaju ganan) yang menempati alam tempat tinggal mereka.
Agama asli suku Dayak adalah Kaharingan. Kaharingan tidak dimulai sejak zaman dulu tertentu namun sejak awal penciptaan.Sejak tuhan yang disebut Ranying Hatalla (penyebutan jepang) menciptakan manusia. Ranying berarti Maha Tunggal, Maha Agung, Maha Mulia, Maha Jujur, Maha Suci, dan Hatalla berarti Maha Pencipta. Untuk dapat berhubungan dengan roh nenek moyang, mereka melakukan upacara ritual, seperti upacara pemberian sesaji, upacara penyambutan kelahiran anak, upacara membakar (tiwah), mengubur mayat dan sebagainya. Agama asli suku Dayak adalah Kaharingan Orang-orang Dayak juga mengenal upacara keagamaan yang bersifat  khusus, seperti upacara menanam dan memanen tanaman, upacara keluarga, upacara mengusir hama tanaman, dan sebagainya. Upacara ini pun dipimpin oleh seorang balian.
            Dalam sistem bahasa suku Dayak menggunakan dua jenis bahasa yaitu bahasa pengantar dan bahasa sehari-hari atau bahasa daerah.Untuk bahasa pengantar umumnya suku Dayak menggunakan yaitu bahasa kesatuan bahasa Indonesia, bahasa pengantar ini biasanya digunakan di pemerintahan dan pendidikan. Bahasa sehari-hari atau bahasa daerah digunakan dalam lingkungan keluarga dan tempat tinggal, tidak digunakan secara resmi sebagai bahsa pengantar di pemerintahan maupun di pendidikan.Suku bangsa dayak sendiri terdiri atas beberapa sub-suku bangsa.
Orang Dayak  dikenal pandai membuat kerajinan tangan berupa anyaman kulit rotan, seperti tikar, keranjang, dan topi. Menganyam merupakan pekerjaan kaum wanita. Hasilnya mereka jual ke pasar. Sejak dulu, orang Dayak dikenal pandai membuat kain tenun dari kapas dan dari kulit kayu. Pakaian adat asli laki-laki dayak disebut ewah (cawat) yang dibuat dari kulit kayu, sedangkan kaum wanitanya menggunakan kain sarung dan baju yang juga terbuat dari kulit kayu. Dengan perkembangan IPTEK sekarang orang Dayak sudah berpakaian lengkap seperti orang-orang Indonesia lainnya.
Orang dayak juga pandai membuat patung yang di ukir menggunakan tangan. Rumah-rumah mereka terbuat dari kayu ukiran yang cara pembuatannya masih kasar. Salah satu karya kesenian yang terkenal adalah perisai (talawang) seni ukir yang menggambarkan wajah jin yang seram. Selain seni ukir suku Dayak juga memiliki seni lukis yang sangat menarik dan khas, yaitu tato. Siapa yang tidak kenal tato, tato saat ini sangat trend di dunia luar sana. Tetapi tato yang di pakai oleh suku Dayak berbeda dengan dunia luar sana karena tato di Kalimantan adalah sebuah tradisi.
            Suku Dayak dalam membuat tato tidak boleh di buat dengan sesuka hati sebab ia adalah sebahagian dari tradisi, status sosial seseorang dalam masyarakat, religi, serta sebagai bentuk penghargaan suku terhadap kemampuan seseorang. Oleh karena itu, ada peraturan tertentu dalam pembuatan tato baik pilihan gambarnya, struktur sosial seseorang yang memakai tato maupun penempatan tatonya.
            Selain kesenian seperti yang diatas, suku Dayak juga memiliki seni suara. Seni musik memegang peranan penting dalam hidup keseharian Suku Dayak, terlebih dimasa dahulu.Pewarisan budaya yang lebih dikenal dengan istilah Tetek Tanum, terkadang menggunakan kecapi sebagai sarana. Tetek Tanum adalah cara bercerita dengan kalimat berirama tentang asal usulnenek moyang, sejarah masa lalu suku, tentang kepahlawanan padagenerasi penerus.Dalam setiap upacara adat, pes-ta pernikahan, acara kematian, suara musik dalam bentuk Gandang Garantung
           
Alat-alat kesenian yang digemari oleh orang Dayak terbuat dari bambu dan kayu yang dapat dipukul nyaring (salung). Alat-alat musik ini dimainkan ketika diadakan pesta tarian dan musik. Tarian suku Dayak banyak jenisnya, antara lain tari gantar, tari jarangkang bango, Tari Wadian Amun Rahu dan sebagainya.

B.     SARAN


Zaman boleh maju dan berkembang bukan berarti kita harus meninggalkan kebudayaan tersebut. Dewasa ini banyak masyarakat memilih untuk menampilkan dan menggunakan kesenian dan budaya modern dari pada budaya asalnya. Bahkan mereka lebih memilih dan berpindah ke budaya asing yang belum tentu sesuai dengan kepribadian bangsa.
Sebagai generasi muda dan penerus kita berkewajiban untuk menjaga, memelihara dan memegang dengan teguh kebudayaan baik budaya lokal maupun budaya nasional, karena budaya merupakan bagian dari kepribadian bangsa.









DAFTAR PUSTAKA


Wijaya, E. Juhana.2007.Memahami IPS Kelas 2 SMK.Bandung: CV Armico