Mendeskripsikan potensi keberagaman budaya yang ada
dimasyarakat setempat dalam kaitannya dengan budaya nasional.
A.
Faktor-faktor
penyebab keberagaman budaya, yaitu:
1. Keberagaman suku bangsa
Indonesia terdiri dari bermacam-macam suku, ada 19 suku
bangsa yang ada di Indonesia,yaitu:
1.
Aceh
2.
Gayo alas dan batak
2a
. Nias dan Batu
3. Minangkabau
3a. Mentawai
4. Sumatera Selatan
5. Melayu
6. Bangka Dan Belitung
7. Kalimantan
8. Minahasa
8a.
Sangir-Talaud
9. Gorontalo
10.
Toraja
11.
Sulawesi Selatan
12.
Ternate
13.
Ambon
13a.
Kepulauan Barat Daya
14.
Irian
15.
Timor
16.
Bali dan Lombok
17.
Jawa Tengah dan Jawa Timur
18.
Surakarta dan Yogyakarta
19.
Jawa Barat
2. Keberagaman bahasa dan dialek
Seiring
dengan keanekaragaman suku bnagsa, di Indonesia terdapat kurang lebih 250
bahasa dan dialek.
Salah
satunya adalah:
1. Bahasa Melayu
2. Bahasa Nias
3. Bahasa Jawa
4. Bahasa Sunda
5. Bahasa Madura
6. Bahasa Bugis
7. Bahasa Dayak, dan sebagainya.
3. Keberagaman agama ( Realigi )
Selain suku bangsa dan bahasa,
Indonesia juga memiliki keberagaman agama dan kepercayaan. Terhitung di
Indonesia terdapat 5 agama yang diakui secara resmi oleh Negara, yaitu:
1. Islam
2. Katolik
3. Protestan
4. Hindu dan
5. Buddha
pada saat ini, agama Konghuchu juga sudah diakui. Selain
itu, berkembang pula kepercayaan-kepercayaan lain di masyarakat.
4. Keberagaman seni dan budaya
Suku bangsa yang beragam di
Indonesia tentu menghasilkan kebudayaan yang beragam pula. Salah satunya wujud
kebudayaan itu adalah kesenian, baik seni sastra, seni tari, seni music, seni
drama, seni rupa, dan sebagainya.
Misalnya
di batam kita mengenal tarian zafin, lagu Hangtuah, alat music gambus,
harmonium, gendang dan lain-lain. Pertunjukan joget topeng dan sebagainya.
B. Manfaat
Keberagaman budaya di Indonesia
Tidak
semua Negara memiliki keberagaman budaya seperti yang dimiliki oleh Indonesia.
Dengan demikian, keberagaman budaya memberikan manfaat bagi bangsa kita, yaitu:
1. Dalam bidang bahasa, Kebudayaan
daerah yang berwujud dalam bahasa daerah dapat memperkaya perbendaharaan
istilah dalam bahasa Indonesia.
2.Dalam bidang pariwisata, potensi
keberagaman budaya dapat dijadikan objek dan tujuan pariwisata di Indonesia
yang bisa mendatangkan devisa
3. Pemikiran yang timbul dari sumber
daya manusia di masing-masing daerah dapat pula dijadikan acuan bagi
pembangunan nasional.
C. Contoh
– Contoh Budaya Lokal di masyarakat setempat
1. Kebudayaan Lokal
Masyarakat Sunda
Suku
bangsa sunda adalah salah satu suku bangsa yang mendiami Pulau Jawa Secara administratif, suku bangsa ini
sebagian besar menjadi penduduk Propinsi Jawa Barat. Bahasa percakapan yang di
pakai adalah bahasa sunda
a.
Sistem
Kekerabatan
Sistem kekerabatan
suku bangsa sunda mengenal system parental, yaitu mengikuti garis keturunan
kedua orang tua, ayah dan ibu.
b.
Sistem
Religi
Sebagian besar
masyarakat suku bangsa sunda sekarang ini memeluk agama Islam. Adanya
kepercayaan terhadap hal-hal yang bersifat gaib dan takhayul serta pemujaan terhadap
benda-benda yang dianggap memiliki kesakitan, seperti keris pusaka, pedang tua,
batu cincin, jimat, dan sebagainya.
c.
Kesenian
Masyarakat Sunda
mimiliki beragam kesenian. Alat music tradisional masyarakat sunda adalah
angklung. Seni pertunjukan seperti reog, calung, wayang gelok, gendang pencak,
dan sejumlah tari-tarian seperti jaipong dan tari topeng.
Kesenian-kesenian ini umumnya dibawakan pada saat
upacara-upacara, seperti selamatan pernikahan, sunatan, meruwat rumah, dan
syukuran
2.
Kebudayaan Lokal Masyarakat Jawa
Sama seperti
suku bangsa sunda, suku bangsa Jawa juga merupakan salah satu suku bangsa yang
mendiami pulau Jawa. Jumlah penduduk suku bangsa Jawa merupakan yang terbesar
di Indonesia dan saat ini tidak hanya
berdiam di pulau Jawa tetapi juga menyebar di hampir seluruh daerah di
Indonesia salah satunya di kota batam. Daerah kebudayaan suku bangsa jawa
meliputi wilayah bagian tengah dan timur pulau jawa. Suku bangsa jawa,
menggunakan bahasa jawa sebagai bahasa percakapan.
a.
Sistem
kekerabatan
Sistem kekerabatan
suku bangsa jawa mengenal system bilateral. Semua kakak laki-laki dan
perempuan, ayah dan ibu, serta istri dan suami-suami masing-masing diklasifikasikan
menjadi satu dan disebut siwa atau tuwa. Adik-adik dari ayah dan ibu
dikelompokkan ke dalam dua golongan berdasarkan jenis kelamin, yakni paman bagi
yang laki-laki dan bibi bagi yang perempuan.
b.
Sistem
Religi
Sebagian besar
suku bangsa jawa saat ini memeluk agama Islam. Sebagian lagi memeluk agama
katholik, prosestan, hindu, Buddha, serta aliran kepercayaan. Walaupun
demikian, sebagian masyarakat jawa masih dipengaruhi tradisi-tradisi dari agama
asli, seperti kepercayaan terhadap benda keramat ( keris pusaka, cincin, dan
sebagainya), pemujaan terhadap makhluk halus dan arawah nenek moyang, seperti
aliran kebatinan, keaniyahan, serta aliran kehindujawian.
c.
Kesenian
Kesenian
masyarakat jawa sangatlah beragam. Alat music tradisional jawa adalah gamelan
yang sebetulnya juga di kenal di jawa barat dan bali. Seni ukir juga berkembang
di masyarakat jawa baik di kain (batik)
maupun benda seperti kayu dan semen. Seni ukir ini sangat tampak di
tiang-tiang atau gapura rumah-rumah adat jawa (joglo) maupun di keratin (istana
raja Yogyakarta da Surakarta). Masyarakat jawa juga memiliki banyak jenis lagu
dan tarian, seperti lagu suwe ora jamu, tarian serimpi, kendalen, dan
sebagainya.
3.
Kebudayaan Lokal Masyarakat Dayak
Suku bangsa
dayak adalah salah satu suku bangsa yang mendiami pulau Kalimantan. Mereka
dianggap sebagai suku bangsa asli pulau tersebut. Suku bangsa dayak terdiri
dari banyak kelompok suku bangsa, di antaranya dayak Ngaju, Ot- danum, dan
Ma’anyan.
a.
Sistem
kekerabatan
System kekerabatan
suku bangsa Dayak mengenal system ambilineral, yaitu mengikuti garis keturunan
laki-laki dan perempuan. Sebagian besar anak laki-laki atau perempuan yang
sudah menikah akan tetap tinggal bersama orang tuanya. Inilah yang membentuk
keluarga luas (Ultralokal). Masyarakat dayak tidak melarang anak perempuannya
menikah dengan laki-laki dari suku bangsa lain asalkan mereka mau tinggal
bersama keluarga istrinya. Masyarakat dayak mengenal bentuk perkawinan hajenan,
yaitu perkawinan antara dua saudara sepupu yang kakeknya bersaudara kandung.
Mereka juga mengenal perkawinan Cross cousin, yaitu antara anak-anak saudara
laki ibu atau antara anak-anak saudara perempuan ayah. Mereka juga mengenal
perkawinan antara dua orang bersaudara sepupu yang ibunya bersaudara kandung.
Perkawinan yang dilarang adalah perkawinan antara saudara sepupu yang ayahnya
bersaudara sekandung atau antara paman dan kemenakannya.
b.
Sistem
religi
Masyarakat dayak
saat ini banyak di pengaruhi agama-agama besar seperti islam katolik,
protestan, Hindu, dan Buddha. Namun demikian, sebagian juga masih berpegang
pada agama asli yang biasa disebut Kaharingan yang berarti air kehidupan. Dalam
kepercayaan kaharinagan ini, air kehidupanlah yang memberi kehidupan kepada
manusia. Masyarakat dayak percaya bahwa ada roh-roh halus yang berdiam di
pohon-pohon atau batu-batu besar, hutan belukar, sungai, danau, dan sebagainya.
Selain itu, mereka percaya pada roh-roh nenek moyang (liau) yang masih berada
di sekitar mereka.
Orang dayak percaya bahwa jiwa seseorang yang mati akan
meninggalkan raganya sebagai liau dan senantiasa berada di sekitar manusia.
Liau itu nantinya akan pergi kepada dewa tertinggi namun melalui proses yang
sangat panjang dengan segala tantangan dan ujian. Untuk berhubungan dengan
roh-roh ini, orang dayak melakukan berbagai upacara dengan memberikan sesajian
dan sebagainya.
Orang dayak juga
memiliki upacara-upacara keagamaan lainnya seperti upacara kelahiran,
pembakaran mayat, upacara menanam dan memanen tanaman, dan upacara mengusir
hama tanaman yang dipimpin oleh seorang balian (ahli agama).
c.
Sistem
kesenian
Masyarakat dayak memiliki
beragam kesenian, baik seni music, tarian, seni ukir, ataupun tenun. Alat music
yang biasa dipakai umumnya terbuat dari bambu atau kayu yang dimainkan dengan
cara di pukul berirama mengikuti tarian dan lagunya. Tarian masyarakat dayak
sangat banyak, diantaranya tarian Tambun, Balean dades, dan bungai. Tari-tarian
ini umumnya dibawakan ketika upacara-upacara adat.
Seni ukir masyarakat
dayak umumnya berupa patung-patung kayu dan tiang-tiang rumah yang di ukir
dengan tangan dan memiliki simbol-simbol tertentu. Kain tenun yang dikenal
umumnya terbuat dari bahan kapas dan kulit kayu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar